JAKARTA - Polisi Kenya menembakkan gas air mata ke arah puluhan pengunjuk rasa dan memblokir jalan menuju istana presiden.
Demonstrasi kecil terus berlanjut di beberapa kota, setelah presiden Kenya memastikan tak akan menandatangani RUU Keuangan alias membatalkan rencana kenaikan pajak.
Presiden Kenya William Ruto mencabut undang-undang tersebut pada Rabu, 26 Juni, sehari setelah bentrokan menewaskan 23 orang di luar parlemen yang sempat diserbu dan dibakar.
Ruto sedang bergulat dengan krisis paling serius dalam dua tahun masa jabatannya sebagai presiden, seiring dengan berkembangnya gerakan protes yang dipimpin oleh kaum muda dari kecaman online terhadap kenaikan pajak menjadi demonstrasi massal yang menuntut perombakan politik.
“Jangan bertindak bodoh saat kita berjuang untuk Kenya yang lebih baik,” kata Boniface Mwangi, seorang aktivis keadilan sosial terkemuka, dalam postingan Instagram dikutip Reuters, Kamis, 27 Juni.
Dia menyuarakan dukungannya terhadap demonstrasi pada Kamis, namun menolak seruan untuk menyerbu Gedung Negara, kantor resmi presiden dan tempat tinggal presiden.
BACA JUGA:
Rencana itu menurutnya dapat memicu lebih banyak kekerasan dan digunakan untuk membenarkan tindakan keras.
Di ibu kota, Nairobi, polisi dan tentara berpatroli di jalan-jalan pada Kamis dan memblokir akses ke Gedung Negara. Polisi menembakkan gas air mata untuk membubarkan puluhan orang yang berkumpul di pusat kota.
Wartawan Reuters melihat kendaraan tentara di jalan-jalan setelah pemerintah mengerahkan militer untuk membantu polisi.
Di tempat lain, ratusan pengunjuk rasa berkumpul di kota pelabuhan Mombasa dan di kota barat Kisumu, menurut tayangan televisi lokal, meskipun aksi tersebut tampak damai.