Bagikan:

JAKARTA - Kericuhan terjadi pada demonstrasi menuntut Presiden Kenya William Ruto mundur menyusul bentrokan mematikan anti-pajak pekan lalu.

Polisi antihuru-hara Kenya menembakkan gas air mata ke arah pengunjuk rasa di Nairobi, Selasa, 2 Juli.  Awan gas air mata melayang di pusat kota Nairobi setelah pengunjuk rasa membakar Waiyaki Way, jalan utama yang melintasi pusat ibu kota, dan melemparkan batu ke arah polisi di kawasan pusat bisnis.

Di luar ibu kota, ratusan pengunjuk rasa melakukan unjuk rasa melalui Mombasa, kota terbesar kedua di Kenya, di pesisir Samudera Hindia. Mereka membawa pelepah palem, meniup terompet plastik dan menabuh genderang sambil meneriakkan “Ruto harus pergi!”

Ruto, yang menghadapi krisis paling serius selama hampir dua tahun masa jabatannya, terjebak di antara tuntutan pemberi pinjaman seperti Dana Moneter Internasional (IMF) untuk mengurangi defisit, dan populasi yang sangat tertekan akibat melonjaknya biaya hidup.

Anggota gerakan protes, menolak seruan Ruto untuk berdialog, bahkan setelah ia mengabaikan usulan kenaikan pajak yang memicu demonstrasi.

"Orang-orang sekarat di jalanan dan satu-satunya hal yang bisa dia bicarakan adalah uang. Kami bukan uang. Kami adalah manusia. Kami adalah manusia," kata pengunjuk rasa Milan Waudo kepada Reuters di Mombasa.

“Dia perlu peduli terhadap rakyatnya, karena jika dia tidak peduli terhadap rakyatnya maka kita tidak membutuhkan dia di kursi itu,” imbuhnya.

Protes lainnya terjadi di Kisumu, Nakuru, Kajiado, Migori, Mlolongo dan Rongo, menurut tayangan yang disiarkan di televisi Kenya. Di kota Migori di barat daya, pengunjuk rasa membakar ban.