Telegram Singkirkan TikTok dari Aplikasi Paling Populer di Dunia
JAKARTA - Telegram telah menjadi aplikasi yang sangat populer dalam beberapa bulan terakhir. Hal itu efek dari dikeluarkannya kebijakan privasi baru WhatsApp sehingga membuat para penggunanya memilih aplikasi perpesanan lain, termasuk Telegram.
Berdasarkan hasil riset SensorTower terkait aplikasi yang paling populer sepanjang Januari 2021. Platform milik Pavel Durov berhasil meraup popularitas tertinggi, menyingkirkan aplikasi video pendek, TikTok, dari pemuncak klasemen.
Terbukti pada Januari lalu, aplikasi perpesanan Telegram telah didownload hingga 63 juta kali. Angka tersebut melampaui jumlah unduhan pada periode sama pada tahun 2020 lalu.
TikTok turun tahta dan terpaksa harus puas di urutan kedua. Jumlah pengunduh TikTok pun hanya selisih satu juta saja dari pengunduh Telegram.
Di urutan ketiga, empat dan kelima ditempati oleh aplikasi Signal, Facebook, dan kemudiaan diikuti WhatsApp sebagaimana yang dilansir dari Gizchina. Selasa, 9 Februari
Baca juga:
WhatsApp yang berada di posisi lima itu tidak terlepas dari kebijakan privasi baru yang kontroversial beberapa waktu lalu. Padahal pada Desember 2020, WhatsApp menduduki posisi ketiga dari 5 besar itu.
Di sisi lain, aplikasi perpesanan Signal yang pada periode sebelumnya tidak masuk 10 besar, kini menempati posisi tiga setelah Elon Musk punya andil mempopulerkan aplikasi Brian Acton itu.
Beberapa waktu sebelumnya, pihak Telegram telah mengumumkan bahwa mereka kedatangan 100 juta pengguna di Januari lalu. Peristiwa merupakan peralihan pengguna dari aplikasi pesan WhatsApp ke Telegram dan Signal disebut oleh Pavel Durov sebagai “Migrasi digital terbesar dalam sejarah umat manusia.”
Menurut laporan Financial Express, aplikasi Telegram menjadi aplikasi yang paling banyak didownload oleh para pengguna Android. Sementara di iOS, Telegram hanya menempati posisi keempat pada bulan Januari.
Di penghujung tahun 2020, aplikasi perpesanan Telegram tidak termasuk ke dalam 5 aplikasi dengan unduhan terbanyak. Meroketnya aplikasi tersebut dipicu oleh keputusan WhatsApp yang kontroversial yang bertujuan membagikan data pengguna dengan Facebook.