Masih Gunakan Peluncur Roket Era Soviet, Tentara Ukraina Harapkan HIMARS atau Viper untuk Serangan Balasan
JAKARTA - Tentara Ukraina mengatakan mereka membutuhkan lebih banyak dukungan senjata dari Barat untuk mempercepat serangan balasan terhadap Rusia, meskipun ada kemajuan di medan perang beberapa hari belakangan.
Kyiv mengatakan dalam pertempuran baru-baru ini, pihaknya telah merebut kembali dua desa di selatan Bakhmut yang akan membantu pasukannya maju ke kota timur yang hancur dan diduduki oleh pasukan Rusia sejak Mei.
Namun, pasukan yang berlindung di bunker dekat Bakhmut minggu ini mengatakan, mereka masih sangat bergantung pada peluncur roket ganda Grad era Soviet, bermimpi untuk menerima peluncur roket HIMARS buatan Amerika Serikat yang lebih canggih.
"Segalanya akan lebih cerah, lebih menarik jika kita memiliki HIMARS," kata seorang tentara, yang hanya menyebutkan namanya sebagai Denys, melansir Reuters 20 September.
"Atau setidaknya satu dari Vampir (peluncur roket) buatan Ceko," lanjut tentara itu.
Diketahui, negara-negara Barat telah memberi Ukraina senjata senilai miliaran dolar sejak invasi Rusia hampir 19 bulan lalu. Beberapa tentara Ukraina telah mengerahkan Vampir dan HIMARS ke medan perang.
Namun Denys senada dengan Presiden Volodymyr Zelensky, yang bertemu dengan para pemimpin global di Majelis Umum PBB minggu ini, mengatakan Ukraina membutuhkan lebih banyak senjata untuk mengusir pasukan Rusia.
"Kita harus menang. Dan membakar Moskow," kata Denys.
"Kami membutuhkan lebih banyak senjata, lebih banyak lagi. Senjata yang bagus, senjata yang lebih akurat," harapnya.
Sementara, tentara yang berbicara kepada Reuters di dekat garis depan mengatakan, kini ada lebih banyak optimisme dibandingkan saat awal perang.
"Saat terburuk dan paling menakutkan adalah ketika kami mengira mereka akan datang ke sini, ke pertahanan kami," ujar seorang tentara bernama Ivan.
Sejauh ini, serangan balasan yang berlangsung hampir empat bulan menuai kritik dari beberapa pejabat Barat lantaran dianggap terlalu lambat, karena pasukan Ukraina menghadapi ladang ranjau dan parit yang luas.
Namun tentara Ukraina menyatakan kepercayaan diri mereka semakin meningkat, terutama setelah perebutan kembali Desa Andriivka dan Klishchiivka sekitar delapan kilometer di selatan Bakhmut.
Terpisah, Rusia, yang belum mengakui kehilangan Andriivka dan Klishchiivka, melihat Bakhmut sebagai batu loncatan untuk mengambil alih kota-kota lain di Ukraina. Merebut kembali kota tersebut akan dipandang di Ukraina sebagai kemenangan simbolis yang penting.
Baca juga:
- PBB Sebut Taliban Siksa Tahanan dengan Sengatan Listrik hingga Paksa Minum Air untuk Mengorek Informasi
- Terbitkan Laporan Terkait Intelijen, Jurnalis Prancis Ditangkap karena Dinilai Membahayakan Keamanan
- Puluhan Negara akan Menandatangani Perjanjian Laut PBB Hari Ini, Ahli: Simbolis, Laut Tidak Bisa Menunggu
- Israel Lancarkan Serangan dengan Drone Malam Hari ke Tepi Barat: Dua Warga Palestina Tewas dan 12 Luka-luka
"Dua hari setelah pembebasan Klishchiivka, keadaan menjadi lebih tenang," kata seorang komandan yang menyebut namanya sebagai Vladyslav.
"Mungkin saja mereka (pasukan Rusia) telah mengubah posisinya. Atau mungkin sedang membangun posisi baru. Tapi ya ampun, selama dua minggu, dua bulan, tidak ada ketenangan. Itu tidak terjadi," sambungnya.
Ditambahkannya, pesawat Rusia "membuat hidup menjadi sulit" sementara serangan drone "lebih terlihat akhir-akhir ini."