89 Tentaranya Tewas Akibat Serangan Ukraina, Kementerian Pertahanan Rusia Sebut Pasukannya Langgar Larangan Penggunaan Ponsel
Ilustrasi tentara Rusia di Ukraina. (Wikimedia Commons/Mil.ru/неизвестен)

Bagikan:

JAKARTA - Jumlah tentara yang tewas akibat serangan Ukraina di Makiivka, Donetsk saat malam tahun baru menjadi 89 orang, dengan Kementerian Pertahanan menyoroti penggunaan telepon seluler (ponsel) oleh pasukannya.

"Sudah jelas bahwa alasan utama dari apa yang terjadi adalah pengaktifan dan penggunaan besar-besaran - bertentangan dengan larangan - penggunaan ponsel oleh personel di zona jangkauan senjata musuh, " kata kementerian dalam sebuah pernyataan, melansir Reuters 4 Januari.

"Faktor ini memungkinkan musuh untuk melacak dan menentukan koordinat lokasi tentara untuk serangan rudal," tandas kementerian.

Serangan tepat setelah tengah malam pada Hari Tahun Baru di sebuah sekolah yang diubah menjadi markas militer di Makiivka, telah memicu kemarahan di kalangan nasionalis Rusia dan beberapa anggota parlemen, mempertanyakan strategi militer yang digunakan di sana. Rusia sebelumnya mengatakan 63 tentara Rusia tewas.

Kementerian Pertahanan mengatakan empat roket dari peluncur HIMARS buatan AS menghantam gedung, menambahkan bahwa "akibat ledakan hulu ledak roket HIMARS, langit-langit gedung runtuh."

Kementerian menambahkan dalam pernyataannya di aplikasi perpesanan Telegram, sebuah komisi sedang menyelidiki seputar serangan tersebut.

Kementerian tersebut juga mengatakan, sebagai balasan, pihaknya meluncurkan serangan udara yang diluncurkan pada "konsentrasi perangkat keras" di dekat stasiun kereta api Druzhkivka di Donetsk, menewaskan hingga 200 personel Ukraina, menghancurkan empat peluncur HIMARS dan lebih dari 800 roket.

Sementara itu, blogger nasionalis Rusia dan beberapa pejabat pro-Rusia di wilayah tersebut menyebutkan jumlah korban tewas di Makiivka mencapai ratusan, meskipun beberapa mengatakan bahwa perkiraan tersebut dibesar-besarkan.

Serangan itu merupakan pukulan lain bagi Presiden Vladimir Putin dan apa yang disebutnya sebagai "operasi militer khusus", untuk mencegah ancaman terhadap keamanan Rusia dan untuk melindungi penutur bahasa Rusia. Ukraina dan sekutunya menuduh Moskow melakukan perebutan wilayah gaya imperialis tanpa alasan.

Terkait