Bertanding Tanpa Hijab, Pecatur Wanita Sara Khadem Diperingatkan untuk Tidak Kembali ke Iran
Pecatur Iran Sarasadat Khademalsharieh. (Twitter/@FIDE_chess)

Bagikan:

JAKARTA - Seorang pecatur Iran tiba di Spanyol pada Hari Selasa, setelah menerima apa yang dikatakan oleh sumber yang dekat dengannya sebagai peringatan untuk tidak kembali ke Iran, karena berkompetisi tanpa hijab dalam turnamen internasional di Kazakhstan.

Sarasadat Khademalsharieh atau Sara Khadem, ambil bagian dalam FIDE World Rapid and Blitz Chess Championships minggu lalu di Almaty tanpa jilbab yang wajib dikenakan perempuan, di bawah aturan berpakaian ketat Iran.

Sumber, yang tidak ingin disebutkan namanya karena sensitivitas masalah ini, mengatakan Khadem kemudian menerima beberapa panggilan telepon di mana orang-orang memperingatkannya agar tidak pulang setelah turnamen, sementara yang lain mengatakan dia harus kembali, berjanji untuk "menyelesaikannya". masalah".

Sumber itu juga mengatakan kerabat dan orang tua Khadem yang berada di Iran juga mendapat ancaman, tanpa memberikan rincian lebih lanjut.

Kementerian Luar Negeri Iran tidak segera menanggapi permintaan komentar atas kasus tersebut.

Khadem tiba di Spanyol pada Selasa, kata sumber tersebut. Dia belum menanggapi permintaan komentar dari Reuters. Surat kabar termasuk Le Figaro dan El Pais melaporkan pekan lalu, Khadem tidak akan kembali ke Iran dan pindah ke Spanyol.

Panggilan telepon menyebabkan panitia memutuskan untuk memberikan pengamanan bekerja sama dengan polisi Kazakhstan, dengan empat pengawal ditempatkan di luar kamar hotel Khadem, kata sumber itu.

Khadem berada di peringkat 804 dunia, menurut situs Federasi Catur Internasional. Dalam situs web kejuaran pada 25-30 Desember lalu, Khadem terdaftar sebagai peserta dalam kompetisi Rapid dan Blitz.

Diketahui, Iran telah dilanda demonstrasi menentang kepemimpinan ulama negara itu sejak pertengahan September, ketika wanita Kurdi bernama Mahsa Amini (22), tewas dalam tahanan polisi moralitas, lantaran tidak berpakaian sesuai ketentuan.

Undang-undang yang memberlakukan kewajiban mengenakan jilbab telah menjadi titik panas selama kerusuhan, dengan serangkaian olahragawan wanita yang berkompetisi di luar negeri tampil tanpa jilbab di depan umum.

Protes menandai salah satu tantangan paling berani terhadap kepemimpinan Iran sejak revolusi 1979, menarik rakyat Iran dari semua lapisan masyarakat.

Wanita telah memainkan peran penting, melepas dan dalam beberapa kasus membakar jilbab, sementara pengunjuk rasa mengambil hati sebagai bentuk dukungan dari atlet wanita dan pria Iran.