Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 2020 Minus 2,07 Persen, Terburuk Sejak Krisis 1998

JAKARTA - Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto mengatakan kontraksi pertumbuhan ekonomi pada tahun ini yang sebesar minus 2,07 persen merupakan kali pertama sejak krisis moneter 1998 yang tercatat minus 13,16 persen.

“Ini merupakan tanda bahwa dampak pandemi sangat hebat menghantam perekonomian Indonesia,” ujarnya dalam konferensi pers virtual di Jakarta, Jumat 5  Februari.

Meskipun demikian, dia menyebut kontraksi ekonomi tidak hanya dialami oleh Indonesia, tetapi juga di banyak negara.

“Yang tumbuh positif kami catat hanya China sebesar 2,3 persen dan Vietnam dengan 2,9 persen,” tuturnya.

Adapun, beberapa negara lain yang terkontraksi cukup dalam antara lain Singapura dengan minus 5,8 persen, Korea Selatan minus 1 persen, dan Amerika Serikat minus 3,5 persen. Kemudian disebutkan pula Hongkong terkontraksi minus 6,1 persen serta gabungan negara-negara Uni Eropa secara rata-rata turun ke level minus 6,4 persen.

Untuk diketahui, pertumbuhan ekonomi Indonesia pasca krisis moneter di penghujung 90-an konsisten berada di level positif. Perolehan tertinggi terjadi pada 2011 saat terjadi ledakan harga komoditas dengan 6,17 persen. Setahun berselang level masih di kisaran 6 persen.

Namun, pada 2013 angka pertumbuhan turun dan menyentuh level psikologis baru dengan torehan 5,7 persen. Setelahnya, angka ini berada dalam tren penurunan dan puncaknya terjadi pada 2020 lalu dengan catatan minus 2,07 persen yang disebabkan oleh pandemi COVID-19.