Bagikan:

JAKARTA - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi kuartal II/2020 terkontraksi atau minus 5,32 persen secara tahunan atau year on year (yoy). Angka ini naik memburuk dari kuartal I/2020 yang mencapai 2,97 persen dan kuartal II/2019 sebesar 5,05 persen.

Kepala BPS Suhariyanto mengatakan, Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia berdasarkan harga konstan pada kuartal II/2020 sebesar Rp2.589,6 triliun.

"Maka perekonomian Indonesia kuartal II/2020 yoy dibandingkan kuartal II/2019 kontraksi 5,32 persen. Kalau kita bandingkan dengan kuartal I/2020 q-to-q, maka pertumbuhan ekonomi Indonesia mengalami kontraksi minus 4,19 persen," katanya, dalam konferensi pers secara virtual, Rabu, 5 Agustus.

Sementara itu, lanjut dia, secara kumulatif semester I/2020 terhadap periode yang sama tahun lalu, mengalami kontraksi sebesar 1,26 persen.

Suhariyanto menjelaskan, kontraksi sebesar 5,32 persen itu merupakan yang terendah sejak kuartal I tahun 1999. Ketika itu, ekonomi Indonesia mengalami kontraksi sebesar 6,13 persen.

Pertumbuhan ekonomi kuartal II/2020 ini juga yang terburuk sejak krisis 1998. Waktu itu pertumbuhan Indonesia minus 16,5 persen sepanjang 1998. Sementara itu pada kuartal II/2008 lalu, saat krisis finansial global melanda, Indonesia masih sanggup tumbuh 2,4 persen. Lalu secara keseluruhan sepanjang tahun pada krisis 2008, ekonomi Indonesia masih bisa tumbuh 6,1 persen.

Pengumuman BPS ini juga mengonfirmasi kontraksi kuartal II/2020 lebih dalam dari prediksi Kemenkeu di kisaran minus 3,8 persen. Bahkan, lebih buruk dari batas bawah prediksi Kemenkeu di angka minus 5,1 persen.

Suhariyanto mengatakan, pertumbuhan ekonomi kuartal II/2020 ini disebabkan oleh kontraksi di berbagai komponennya. Salah satunya dari komponen pengeluaran.

Adapun rinciannya yakni, konsumsi rumah tangga yang memiliki porsi 57,85 persen dari PDB tumbuh minus 5,51 persen. Pembentukan Modal tetap Bruto (PMTB) atau indikator investasi yang menyumbang 30,61 persen dari PDB juga minus 8,61 persen.

Sementara ekspor yang memegang porsi 15,69 persen PDB tumbuh minus 11,66 persen. Impor dengan porsi 15,52 persen tumbuh minus 16,96 persen. Sedangkan, konsumsi pemerintah dengan porsi 8,67p persen dari PDB tumbuh minus 6,9 persen. Konsumsi Lembaga Non-Profit yang Melayani Rumah Tangga (LNPRT) dengan porsi 1,36 persen tumbuh minus 7,76 persen.

Pada kuartal II/2020, BPS juga mencatat sebagian besar sektor mengalami pertumbuhan negatif. Beberapa yang masih positif antara lain informasi dan komunikasi, jasa keuangan, pertanian, real estate, jasa pendidikan, jasa kesehatan, dan pengadaan air.