Panglima Militer AS Sebut Serangan Balik Ukraina Jauh dari Kegagalan
JAKARTA - Panglima militer Amerika Serikat mengatakan serangan balik Ukraina terhadap posisi pasukan Rusia jauh dari kegagalan, kendati diakuinya pertempuran di depan akan berkepanjangan dan lebih berdarah, meski korban di kedua belah pihak terus berjatuhan.
Amerika Serikat dan sekutunya diketahui telah menghabiskan waktu berbulan-bulan membangun "gunung baja" persenjataan Ukraina, melatih pasukan Ukraina dengan teknik senjata gabungan untuk membantu Kyiv menembus pertahanan Rusia yang tangguh selama serangan balasan.
Ditanya apakah serangan balasan itu gagal, setidaknya sejauh ini, Ketua Kepala Staf Gabungan militer AS Jenderal Mark Milley mengatakan masih terlalu dini.
"Ini jauh dari kegagalan. Saya pikir masih terlalu dini untuk melakukan penilaian semacam itu," katanya, seperti dikutip dari Reuters 20 Juli.
Berbicara setelah putaran lain pembicaraan tentang senjata untuk Ukraina dalam perjuangan melawan invasi Rusia yang sekarang hampir 17 bulan, Jendeal Milley mengatakan serangan balik Ukraina akan lambat.
"Saya pikir masih banyak pertempuran yang tersisa dan saya akan tetap dengan apa yang kami katakan sebelumnya: Ini akan lama. Ini akan sulit. Ini akan berdarah," jelas Jenderal Milley kepada wartawan.
Jenderal Milley mengatakan, kelompok itu juga membahas peningkatan produksi amunisi di "tingkat nasional dan di tingkat multinasional" melalui Uni Eropa, serta rencana untuk melatih dan memasok Ukraina dengan kemampuan tempur F-16.
Sementara itu, Menteri Pertahanan Ukraina Oleksiy Reznikov mengatakan setelah pembicaraan Hari Selasa, "pasokan senjata dan peralatan yang sangat dibutuhkan" merupakan prioritas bagi Ukraina.
"Fokus: pertahanan udara, amunisi, dan lapis baja," cuit Reznikov di Twitter.
Sejak Ukraina memulai serangan balasannya bulan lalu, Kyiv telah merebut kembali beberapa desa di selatan dan wilayah di sekitar Kota Bakhmut yang hancur di timur, tetapi belum mencoba melakukan terobosan besar melintasi garis pertahanan Rusia yang dijaga ketat.
Kyiv mengatakan pihaknya sengaja maju perlahan, untuk menghindari korban jiwa yang tinggi di garis pertahanan berbenteng yang dipenuhi ranjau darat. Untuk saat ini mereka fokus pada penurunan logistik dan komando Rusia. Sementara, Moskow mengatakan serangan balasan Ukraina telah gagal.
Enam minggu sejak Ukraina meluncurkan serangan balasan di timur dan selatan, Rusia melakukan serangan darat di wilayah timur laut.
Rusia juga menghabiskan waktu berbulan-bulan untuk menggali posisi bertahan, mengelilingi mereka dengan ranjau darat dan membangun benteng bersenjata berat, yang membuat kemajuan Ukraina di timur dan selatan lambat dan berdarah.
Baca juga:
- Presiden Tsai Dorong Persahabatan Taiwan-Jepang saat Terima Janda Shinzo Abe
- Presiden Yoon Umumkan 13 Zona Bencana Khusus di Korea Selatan akibat Hujan Lebat
- Presiden Zelensky Kecam Serangan Terhadap Fasilitas Ekspor Biji-bijian, Rusia Peringatkan Pelayaran di Laut Hitam Mulai Hari Ini
- 2.000 Orang Dievakuasi Akibat Kebakaran Pangkalan Militer di Krimea
Jenderal Milley mengatakan, berbagai permainan perang telah meramalkan tingkat kemajuan Ukraina tertentu. Tetapi, konflik di atas kertas berbeda dari kenyataan menghadapi ladang ranjau yang kompleks, kawat berduri dan parit Rusia, katanya.
"Perang nyata tidak dapat diprediksi. Penuh dengan ketakutan, kabut dan gesekan," jelas Jenderal Milley
Diketahui, Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan pasukannya telah maju 2 km (1,2 mil) di sekitar Kupiansk, pusat kereta api garis depan yang direbut kembali oleh Ukraina dalam serangan tahun lalu. Sementara, Kyiv mengakui situasi "rumit" di daerah tersebut.