Rudal Raduga Kh-101 Rusia Sukses di Suriah Gagal dalam Invasi Ukraina, Padahal Mampu Hindari Radar dan Akurasi Cukup Tinggi
Pesawat pembom Tu-95MSM Rusia membawa rudal jelajah Raduga Kh-101. (Wikimedia Commons/Dmitry Terekhov)

Bagikan:

JAKARTA - Pakar militer menilai rudal jelajah jarak jauh Angkatan Udara Rusia terbukti tidak diandalkan, kalam dalam kampanye invasi ke Ukraina yang diluncurkan 24 Februari.

Senjata-senjata itu, yang diyakini sebagai Raduga Kh-101 (RS-AS-23A Kodiak), gagal pada tingkat yang terlalu tinggi ketika harus mengenai sasaran musuh di Ukraina, kata Douglas Barrie, seorang peneliti senior untuk kedirgantaraan militer di nternational Institute for Strategic Studies think tank London.

Tingkat kegagalan yang begitu tinggi dapat disebabkan oleh beberapa faktor, termasuk masalah dengan kemampuan peluncuran atau senjata yang gagal meledak setelah mengenai sasaran, katanya, melansir TASS 2 April.

Senjata buatan Rusia yang membawa hulu ledak konvensional dirancang untuk mengalahkan sistem pertahanan udara, dengan terbang di ketinggian rendah untuk menghindari sistem radar.

Rudal tersebut memiliki jangkauan hingga 2.800 kilometer. Pada peluncurannya beratnya antara 2.300 dan 2.400 kilogram dan ditembakkan tanpa booster, menggunakan momentum pesawat saat dilepaskan untuk memberikan kecepatan awal.

Para ahli percaya akurasinya cukup tinggi, karena navigasi satelit elektronik Glonass yang setara dengan GPS dalam bahasa Rusia, serta panduan terminal TV yang digunakan dalam menyebarkannya.

Namun, intelijen AS menunjukkan itu belum berkinerja baik untuk Rusia di Ukraina.

Barrie mengatakan, laporan intelijen yang dipaparkan dalam briefing Departemen Pertahanan AS, memberi bobot lebih lanjut pada penilaian yang dipegang secara luas, perang Rusia melawan tetangganya tidak berjalan sesuai rencana.

"Invasi Rusia ke Ukraina tampaknya telah direncanakan dan dilaksanakan dengan buruk, dengan harapan kampanye hanya akan berlangsung dua hingga tiga hari," tulisnya dalam sebuah blog pada Hari Jumat.

"Karena telah berkembang, atau terhenti, itu juga mengungkap kegagalan di beberapa sistem peluncuran udara Moskow yang paling mampu, kekurangan yang ingin diselesaikan oleh militer Rusia," lanjutnya.

"Kh-101 berhasil digunakan selama intervensi Rusia dalam perang saudara Suriah untuk menyerang target musuh, sekarang menjadi rudal jelajah serangan darat jarak jauh bersenjata konvensional utama dalam inventaris angkatan udara."

"Namun, itu digunakan dalam jumlah yang jauh lebih besar dalam perang yang saat ini dilakukan Rusia di Ukraina, dengan tingkat kegagalan yang jelas, jika benar, akan menjadi perhatian signifikan bagi Moskow," tandasnya.

Dalam briefing Departemen Pertahanan AS pada 21 Maret, pejabat yang tidak disebutkan namanya membahas inventaris senjata berpemandu Rusia.

"Mereka (Rusia) masih memiliki sebagian besar stok yang tersedia untuk mereka, tetapi mereka telah menghabiskan cukup banyak, terutama untuk rudal jelajah yang sensitif, rudal jelajah yang diluncurkan dari udara, dan mereka juga telah mengalami sejumlah kegagalan amunisi yang tidak signifikan," tulis mereka.

Para pejabat tidak memberikan bukti untuk mendukung penilaian mereka. Mengutip intelijen Amerika, tiga sumber mengatakan AS memperkirakan tingkat kegagalan Rusia bervariasi dari hari ke hari, tergantung pada jenis rudal yang diluncurkan. Terkadang bisa melebihi 50 persen. Sedangkan, dua dari mereka mengatakan mencapai setinggi 60 persen.

"Mengingat bahwa Ukraina tampaknya memiliki sejumlah besar sistem rudal pertahanan udara berbasis darat dan radar pengawasan udara yang tetap beroperasi, dan digunakan secara efektif," tukas Barrie