Bung Hatta Ngotot Kirim Tukang Pijit untuk Bung Karno dalam Sejarah Hari Ini, 15 Juni 1970
JAKARTA – Sejarah hari ini, 53 tahun yang lalu, 15 Juni 1970, Mantan Wakil Presiden, Mohammad Hatta ngotot mengirimkan tukang pijit untuk Bung Karno yang telah jadi tahanan rumah Orde Baru (Orba). Keinginan itu di utarakannya dalam surat kepada Presiden Soeharto.
Sebelumnya, Bung Karno turut takhta dari kursi kepresidenan dengan tak baik-baik saja. Ia justru dijadikan tahanan rumah oleh Soeharto. ia mendapatkan perlakuan kurang manusiawi hingga penyakitnya makin parah.
Kehadiran Soeharto dalam peta politik Indonesia penuh dinamika. Ia mampu memanfaatkan kuasanya dalam menumpas Gerakan 30 September (G30S). Kemudian, Ia mampu memaksa Presiden Soekarno menandatangani Surat Perjanjian 11 Maret (Supersemar).
Surat itu memberikan Letjen Soeharto wewenang penuh untuk menjaga ketertiban bangsa. Soeharto pun tak menyia-nyiakan kesempatan. Ia mampu menggunakan kuasa itu untuk banyak hal. Utamanya, memukul mundur seluruh loyalis Bung Karno.
Dewi fortuna pun berpihak kepada Soeharto. Ia mampu melengserkan Bung Karno dari kursi kepresidenan dan menggantikannya. Soeharto langsung tancap gas. Ia tak ingin kepemimpinannnya di bawah bayang-bayang Soekarno.
Soeharto memainkan siasat. Peran Bung Karno pun direduksi dalam sejarah bangsa. Sedang Bung Karno sendiri segera dijadikan tahanan rumah. Soeharto dan Orba pun memperlakukan Bung Karno dengan sembarang.
Bung Karno tak diperkenankan berjumpa banyak orang. Tamu-tamunya diseleksi. Pun sikap itu semakin parah dengan pengaruh Orba membatasi pelayanan kesehatan kepada Bung Karno. Sekalipun kondisi kesehatan Bung Karno makin hari kian parah.
“Maret 1967 Soeharto diangkat jadi pejabat presiden. Soekarno harus keluar dari Istana Merdeka dan pindah ke Bogor. Sebetulnya, sejak lama ia sudah diperlakukan sebagai tahanan rumah. Permulaan September 1967, Soekarno sakit gigi. Karena di Bogor tidak ada alat-alat perawatan, ia harus datang ke dokter gigi. Namun, itu dilakukan dengan pengamanan ekstra ketat.”
“Pukul 09.00 Soekarno datang. Sebelumnya, mobil Dokter Gigi Oei sudah dikeluarkan dari garasi, digantikan mobil Soekarno masuk ke garasi dan pintu garasi ditutup. Sukarno yang masih berstatus presiden masuk ke rumah dokter gigi melalui garasi. Ini persis seperti orang memasuki kamar motel di Jakarta,” terang Asvi Warman Adam dalam buku Bung Karno Dibunuh Tiga Kali (2010).
Mulanya Bung Karno ditempat di Batu Tulis, Bogor. Belakangan, ia dipindahkan ke Wisma Yasoo. Rumah istrinya, Ratna Sari Dewi. Kepindahan itu tak lantas membawa banyak perubahan bagi pelayanan Bung Karno.
Mantan orang nomor satu Indonesia itu kerap merasakan kesepian. Apalagi, penanganan akan penyakit yang dideritanya tak kunjung maksimal. Mau tak mau kondisi kesehatan Bung Karno kian memburuk. Berita memburuknya kesehatan Bung Karno selama jadi tahanan rumah mengemuka ke mana-mana. Namun, tiada yang berani protes kecuali sahabatnya, Bung Hatta.
Hatta kerap meminta Soeharto menaruh perhatian besar terhadap kesehatan Bung Karno. Ia tak ingin kehidupan Bung Karno berakhir gara-gara tak mendapatkan pelayanan yang maksimal. Sebagai bentuk kepedulian, ia meminta Soeharto memberikan izin kepada tukang pijit pilihannya untuk datang membantu penyembuhan Bung Karno.
Baca juga:
- Mandor Bule Ikut Bangun Gelora Bung Karno
- Sejarah Hari Ini, 14 Juni 1941: Bung Karno Menulis di Media Massa Soal Ideologi yang Dianutnya
- PM Mahathir Mohamad ke Yogyakarta Menambah Hangatnya Hubungan Indonesia-Malaysia dalam Sejarah Hari Ini, 13 Juni 1988
- VOC Paksa Orang China Punya Surat Izin Tinggal di Batavia dalam Sejarah Hari Ini, 12 Juni 1736
Namun, Izin itu tak diberikan. Pun Hatta tetap ngotot dengan menulis surat untuk meminta Soeharto memberikan izin tukang pijit andalannya menangani Bung Karno pada 15 Juni 1970. Bung Hatta tak ingin pengikut Bung karno memandang Orba bak sengaja membunuh Bung Karno. Namun, hasilnya sama. Izin tak diberikan.
“Bung Hatta juga prihatin melihat perlakuan yang sangat buruk terhadap Bung Karno. Ketika penyakit Bung Karno sudah parah, memerlukan bantuan seorang tukang piit yang dikenalnya. Permintaan ini tidak diizinkan.”
“Karenanya, pada tanggal 15 Juni 1970 Bung Hatta menulis surat kepada Presiden Jenderal Socharto minta agar memperkenankan ahli pijit yang dimaksud untuk membantu Bung Karno. Bung Hatta menjelaskan bahwa ia juga pernah dipijit oleh pemijit ahli itu dan hasilnya baik,” ungkap Mantan ajudan Bung Karno, Maulwi Saelan dalam buku Dari Revolusi 45 sampai Kudeta 66 (2008).