Hari Lahir Bung Karno, 6 Juni: Nikita Khrushchev Berikan Hadiah Patung Karya Seniman Uni Soviet
JAKARTA - Andil Soekarno dalam politik luar negeri Indonesia begitu besar. Bung Karno mampu membuat hubungan antara Indonesia dan Uni Soviet memasuki masa paling mesra. Kedekatan itu membuat kedua negara banjir keuntungan.
Uni Soviet mendukung politik Indonesia. Begitu pula sebaliknya. Bung Karno pun sampai memilih merayakan ulang tahunnya yang ke-60 di Uni Soviet pada 6 Juni 1961. Pemimpin Uni Soviet, Nikita Khrushchev tak tinggal diam. Nikita memberi Soekarno hadiah spesial dari seniman kenamaan Uni Soviet: patung.
Bung Karno tak pernah memandang remeh urusan politik luar negeri Indonesia. Politik luar negeri justru dianggap sebagai jalan supaya Indonesia dikenal luas sebagai bangsa yang besar. Ia pun memilih terjun langsung menjalin hubungan akrab dengan para pemimpin dunia.
Padahal, urusan menjalin hubungan sejatinya dilakukan oleh duta besar (Dubes). Bung Karno tak ambil pusing. Ia terus menjalin hubungan dengan banyak negara. Kesungguhan itu membuat Bung Karno dapat akrab dengan banyak pemimpin dunia.
Pemimpin Uni Soviet, Nikita Khrushchev, misalnya. Bung Karno pintar dalam mengambil hati Khruschev dengan ragam kerja sama yang ditawarkan. Hasilnya gemilang. Keduanya kemudian aktif saling mendukung satu sama lain.
Bung Karno pun tak ingin menunda-nunda untuk berkunjung ke Uni Soviet. Kunjungan itu kemudian dibalas Nikita yang berkunjung ke Indonesia pada 1960. Apalagi Kunjungan Nikita berlangsung selama dua minggu.
Pertemuan antara kedua sahabat – Soekarno dan Nikita—di Indonesia menarik perhatian dunia. Segala macam media massa ikut andil mewartakan kunjungan itu. Hubungan keduanya pun acap kali direpresentasikan sebagai simbol mesranya Jakarta – Moskow.
“Sebanyak 89 wartawan, juru kamera, televisi, radio, media cetak mengikuti perjalanan Nikita selama di Indonesia. Semua pemburu berita. Hanya ada 11 wartawan Indonesia di dalamnya, termasuk saya. Jumlah yang kecil dibandingkan dengan wartawan Amerika, di antaranya ada Bernard Kalb, koresponden New York Times di Jakarta. Wartawan Rusia ada 17 orang.”
“Mereka bergerak dengan tenang, diam-diam tapi pasti. Tentu saja tenang itu tidak berlaku pada diri operator televisi, cameraman. Apakah orang Amerika atau orang Rusia, bila mengenai bidang-bidang tadi, semua termasuk repot. R.Y. Karmen juru kamera Rusia yang berambut putih, saya lihat sama kuat kerjanya dan sama efisiennya dengan jur kamera Amerika,” tulis Rosihan Anwar dalam buku Sejarah Kecil “Petite Histoire” Indonesia Jilid 2 (2009).
Hadiah dari Nikita Khrushchev
Kunjungan Nikita membuat Bung Karno keranjingan melawat ke Uni Soviet. Semuanya untuk menjaga hubungan baik. Apalagi pada 5-6 Juni 1961. Bung Karno telah memantapkan hati untuk merayakan ulang tahunnya yang ke-60 di Uni Soviet.
Kedatangannya pun disambut dengan gegap gempita. Apalagi di Kedutaan Besar Republik Indonesia di Moskow. Dubes Indonesia untuk Uni Soviet, Adam Malik bertindak sebagai tuan rumah. Perayaan ulang tahun itu berlangsung meriah. Banyak musisi kenamaan Uni Soviet pun hadir dalam hari spesial Bung Karno.
Bung Karno kemudian tersentuh. Ia pun mulai tergerak untuk menuju lantai dansa. Ia langsung unjuk gigi kebolehannya dalam memperkenalkan tarian lenso dengan mengajak hadirin ikut menikmati irama musik. Bung Karno senang bukan main dengan perayaan itu.
Kesenangannya makin bertambah ketika mengetahui ulang tahunnya juga dirayakan oleh Nikita di Kremlin. Acara perayaan ulang tahun itu membuat Bung Karno merasa terhormat. Utamanya, karena Nikita juga tak lupa memberikan Bung Karno sebuah hadiah.
Nikita memberikan Bung Karno sebuah patung seorang gadis yang sedang memegang dayung karya seniman kenamaan Uni Soviet, Matvey Manizer. Seorang seniman yang dikagumi oleh Bung Karno. Pun kemudian Bung Karno meminta Matvey Manizer bersama anaknya untuk membangun Patung Pahlawan atau yang dikenal sebagai Patung Tugu Tani pada 1963.
“Ulang tahun Bung Karno tak hanya diselenggarakan di KBRI Moskow oleh Pemerintah Indonesia. Pemerintah Uni Soviet juga mengadakan acara khusus untuk memeringati ulang tahun Soekarno. Uni Soviet menggelar acara spesial di Kremlin, jantung kekuasaan negara itu. Kremlin adalah tempat penting dan sangat terhormat dalam tata pemerintahan Uni Soviet hingga kini. Acara digelar di Granovitaya Palata (Balai Terbesar), tempat yang paling sakral di sana.”
“Hadir pada acara itu 10 tokoh penting Soviet, termasuk sang perdana menteri. Dari Indonesia, hadir antara lain Subandrio, A.H. Nasution, dan Suprayogi. Dalam perjamuan itu, Nikita memberi kado uang tahun berupa patung seorang gadis yang sedang memegang dayung, karya seniman kenamaan Matvey Manizer. Patung gadis ini kemudian dikirimkan dengan kapal laut ke Indonesia. Hingga kini, patung tanda persahabatan Nikita-Soekarno ini terpasang di Bogor,” terang Tomi Lembang dalam buku Sahabat Lama, Era Baru: 60 Tahun Pasang Surut Hubungan Indonesia-Rusia (2010).