Bagikan:

SURABAYA - Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi mengumumkan sayembara desain patung Bung Karno dengan mengambil tema "Warisi Apinya, Jangan Abunya". Desain pemenang akan diaplikasikan dalam sebuah patung yang bakal dibangun oleh Pemkot Surabaya.

"Hari ini, bertepatan dengan hari lahir Bung Karno, kami mengumumkan sayembara desain patung Bung Karno yang nantinya akan dibangun di Surabaya. Selain penegasan bahwa Bung Karno lahir di Surabaya, ini ikhtiar kita untuk terus mengingat, mempelajari, dan membumikan dalam tindakan segala pemikiran serta teladan Bung Karno yang sungguh luar biasa kebaikannya bagi Indonesia dan dunia," kata Eri Cahyadi, di Surabaya, Senin, 6 Juni.

Sayembara tersebut berhadiah total Rp190 juta. Pengumpulan karya akan berakhir pada Oktober, dan pemenang diumumkan 10 November 2022.

"Teknisnya kita sebarkan dalam poster di media sosial, media, dan berbagai kanal komunikasi. Kami berharap dengan sayembara ini, semua seniman bisa terlibat, memberikan ide terbaik, sehingga dalam membangun, Pemkot Surabaya itu tidak berjalan dalam imajinasinya sendiri, melainkan membuka ruang bagi imajinasi publik," katanya.

Menurut Eri, sayembara desain patung Bung Karno akan sangat kental dengan nilai-nilai artistik. Hal ini adalah bagian dari penghormatan kepada Bung Karno yang juga dikenal sebagai seniman dan arsitek.

"Tidak banyak yang mengetahui bahwa Bung Karno menjiwai arsitektur dalam kepemimpinannya. Karya-karya di era kepemimpinannya timeless, seperti Masjid Istiqlal, Monas, Gedung Sarinah, Hotel Indonesia, Tugu Selamat Datang, dan sebagainya. Kami berharap desain nantinya juga mewarisi semangat Bung Karno, pemikiran Bung Karno, yang akan selalu relevan sampai kapan pun," ujarnya.

Eri Cahyadi mengatakan, Surabaya dan Bung Karno serta Bung Karno dan Surabaya ibarat dua sisi dalam satu keping mata uang yang tiada terpisahkan.

"Saya menyebutnya Surabaya menjadi takdir Bung Karno karena begitu lekatnya kota ini dalam perjalanan hidup beliau. Kami sangat bangga, terharu, bahwa Surabaya ditakdirkan menjadi bagian dalam perjalanan dan perjuangan Bung Karno," katanya.

Eri lantas membeberkan sejumlah fakta sejarah tentang Bung Karno dan Surabaya, jejeran fakta yang membuat Bung Karno menyebut Surabaya sebagai "dapur nasionalisme". Bung Karno lahir Kampung Pandean, Surabaya, pada 6 Juni 1901.

Sempat berpindah ke beberapa daerah di masa kecilnya, Bung Karno kembali ke Surabaya untuk bersekolah di Hogere Burger School (HBS) yang kini menjadi bangunan kantor Pos Besar tak jauh dari Tugu Pahlawan. 

"Setelah lahir, kemudian masa kecil berpindah, Surabaya tetaplah kemudian menjadi takdir Bung Karno setelah ayahnya, Raden Soekemi, mengirimkan sang anak untuk bersekolah di Surabaya dan indekos di rumah tokoh Islam, Haji Oemar Said Tjokroaminoto, di Peneleh," ujarnya.

 

Di Peneleh, lanjut Eri, Bung Karno belajar banyak soal agenda-agenda kerakyatan. Ia terlibat dalam diskusi-diskusi dengan aktivis yang memiliki latar belakang ideologi beragam. Pergumulan intelektual di rumah Tjokroaminoto, kata Eri, yang kemudian turut mengilhami Bung Karno untuk berjuang memerdekakan Indonesia.

"Tentu saja, proses pencarian ideologi Bung Karno di Surabaya dan nilai-nilai yang diperolehnya di Peneleh pastinya turut menjadi salah satu referensi bagi Bung Karno dalam menggali nilai-nilai kearifan rakyat, yang kemudian berujung pada penyusunan Pancasila," ujarnya.

Menurut Eri, lima sila dalam Pancasila yang meletakkan gotong royong sebagai intisarinya sudah tertanam dalam diri masyarakat Surabaya. "Kita melihat bagaimana gotong royong rakyat Surabaya mulai dari melawan penjajah, membangun kota, menghadapi pandemi, dan kini bersama bangkit dari pandemi," katanya.