Jenderal Faksi Militer yang Bertikai di Sudan Setuju Perpanjangan Gencatan Senjata Mulai Besok, Tapi Masih Saling Serang

JAKARTA - Faksi militer Sudan yang bertikai menyetujui gencatan senjata tujuh hari yang baru dan lebih lama mulai Kamis, kata tetangga dan mediator Sudan Selatan, kendati terjadi peningkatan serangan udara dan penembakan di wilayah ibu kota Khartoum, melemahkan gencatan senjata terbaru mereka.

Janji gencatan senjata sebelumnya berkisar antara 24 hingga 72 jam. Tetapi, terjadi pelanggaran gencatan senjata terus-menerus dalam konflik yang meletus pada pertengahan April antara tentara dan pasukan paramiliter.

Kementerian Luar Negeri Sudan Selatan mengatakan dalam sebuah pernyataan pada Hari Selasa, mediasi yang diperjuangkan oleh Presiden Salva Kiir telah membuat kedua belah pihak menyetujui gencatan senjata selama seminggu dari Kamis hingga 11 Mei, serta menunjuk utusan untuk pembicaraan damai, melansir Reuters 3 Mei.

Sementara, gencatan senjata yang berlaku saat sebelumnya, akan berakhir pada Hari Rabu ini. Namun, tidak jelas bagaimana panglima militer Jenderal Abdel Fattah al-Burhan dan pemimpin paramiliter Rapid Support Force (RSF) Jenderal Mohamed Hamdan Dagalo akan melanjutkan gencatan senjata tersebut.

Pada Hari Selasa, para saksi melaporkan lebih banyak serangan udara di Kota Omdurman dan di Bahri, keduanya di seberang tepi Sungai Nil dari Khartoum.

Televisi Al Jazeera mengatakan pesawat tempur tentara Sudan menargetkan posisi RSF, sementara tembakan antipesawat terdengar dari Khartoum.

Jet tentara juga mengebom unit RSF yang digali di distrik pemukiman di wilayah ibu kota. Konflik juga telah menyebar ke wilayah Darfur barat Sudan di mana RSF muncul dari milisi suku yang berjuang bersama pasukan pemerintah untuk menumpas pemberontak dalam perang saudara yang brutal sejak 20 tahun lalu.

Terpisah, Kedutaan Besar India di Khartoum diserbu dan dijarah, kata tentara Sudan dalam sebuah pernyataan, mengutip laporan dari duta besar.

Sementara, Kementerian Luar Negeri Arab Saudi mengatakan Rabu pagi, bangunan di Khartoum yang menampung misi budayanya juga dirusak dan dijarah oleh kelompok bersenjata. Tidak ada korban yang dilaporkan.

Sementara, Kementerian Luar Negeri Arab Saudi mengatakan Rabu pagi, bangunan di Khartoum yang menampung misi budayanya juga dirusak dan dijarah oleh kelompok bersenjata. Tidak ada korban yang dilaporkan.

Diketahui, para komandan angkatan darat dan RSF, yang telah berbagi kekuasaan sebagai bagian dari transisi yang didukung internasional menuju pemilihan bebas dan pemerintahan sipil, tidak menunjukkan tanda-tanda akan mundur, meski tampaknya tidak ada yang mampu mengamankan kemenangan cepat.

Konflik berkepanjangan bisa menarik kekuatan luar. Pertempuran yang sekarang memasuki minggu ketiga telah melanda Khartoum, salah satu kota terbesar di Afrika, telah menewaskan ratusan orang. Kementerian Kesehatan Sudan melaporkan pada Hari Selasa, 550 orang telah meninggal dan 4.926 terluka.