Eksklusif, Dirut Ancol Winarto Paparkan Peran Ancol dari Soal Bisnis hingga Formula E
Sebagai tempat wisata memang Ancol adalah pionir di negeri ini. Keberadaannya kini mendapat pesaing baik dari dalam hingga manca negara. Pandemi COVID-19 yang lalu, kata Direktur Utama PT Pembangunan Jaya Ancol, Winarto membuat mereka banyak belajar agar Ancol sebagai entitas bisnis bisa tumbuh. Kehadiran Sirkuit Formula E, juga menambah tantangan bagi Ancol untuk mengoptimalkannya.
***
Perhelatan balap mobil listrik yang bertajuk Formula E sudah seperti drama berjilid-jilid yang belum tahu kapan akan rampung. Semua ini karena ada faktor politik yang melingkupi. Ketidakharmonisan hubungan Anies Baswedan sebagai Gubernur DKI Jakarta saat itu pada sejumlah partai politik membuat persoalan yang semestinya murni urusan balapan dan promosi daerah menjadi bernuansa politis.
Balapan yang konsepnya digelar di jalalan kota itu tak mendapat persetujuan. Akhirnya dicari alternatif, dan Ancol menjadi pilihan lokasi. Dengan segala upaya sirkuit megah pun selesai dibangun. Dan perhelatan Formula E 2022 yang dihadiri Presiden Jokowi, Puan Maharani dan sejumlah pejabat teras lainnya berhasil digelar. Namun persoalan belum selesai. KPK menelisik ada dugaan korupsi dibalik penyelenggaraan ajang balap kelas dunia ini. Hingga saat ini penyidikan yang dilakukan lembaga anti rasuah itu belum tuntas.
Winarto sebagai Direktur Utama PT Pembangunan Jaya Ancol, saat ditanya soal ini tak bisa bicara banyak. Soalnya pembangunan sirkuit di lahan milik Ancol dilakukan oleh pejabat sebelumnya dia bertugas. “Pembangunan sirkuit Formula E ini dilakukan saat saya belum menjabat di Ancol. Saya kira pejabat sebelum kami tidak sembarangan menandatangani sebuah kerja sama dengan dengan pihak lain dalam pembangunan Sirkuit Formula E,” ujar pria yang baru setengah tahun menjabat sebagai Dirut.
Dia yakin direksi Ancol bersikap profesional dalam proses pembangunan. Dalam hal ini, terang Winarto, Ancol sebagai penyedia lahan, sedangkan PT Jakpro (BUMD Milik Pemda DKI) yang membangun sirkuit dan juga menyelenggarakan balapan. “Mereka akan mempertanggungjawabkan secara profesional atas apa yang sudah terjadi. Kita tunggu saja proses hukumnya inkrah. Sekarang kita menerapkan asas praduga tak bersalah saja,” sarannya.
Selain itu Winarto bicara banyak soal jatuh bangun PT Pembangunan Jaya Ancol yang ia pimpin. Yang menjadi sorotan utamanya adalah saat pandemi COVID-19 melanda. Saat itu, kata dia adalah ujian terberat yang dialami Ancol sebagai sebuah entitas bisnis. Berbagai upaya dilakukan agar perusahaan bisa melewati badai pandemi. Dan yang ia syukuri Ancol bisa melewati pandemi dan kini pelan-pelan pulih. “Pandemi COVID-19 itu seperti vitamin yang menguatkan perseroan ini. Pil pahit yang harus ditelan dan itu membuat Ancol lebih sehat,” katanya kepada Iqbal Irsyad, Edy Suherli, Savic Rabos, dan Irfan Medianto dari VOI yang menemuinya di Ancol belum lama berselang. Inilah petikannya.
Taman Impian Jaya Ancol memiliki visi menjadi pengembang properti dengan kawasan wisata terpadu dan terluas di Asia Tenggara, apakah ini sudah terwujud?
Sejarah Ancol itu amat panjang, sejak tahun 1960-an sudah ada. Mulanya punya Pemda DKI Jakarta, berikutnya menjadi perseroan terbatas di tahun 1992. Terakhir Ancol bergerak lagi dengan melakukan IPO (Initial Public Offering – Penawaran Umum Perdana Saham) di tahun 2004. Jadi Ancol ini sudah jatuh bangun melintasi zaman. Dalam perjalanan panjang itu Ancol tetap terdepan dalam bidang wisata di Indonesia, meski di setiap daerah kini hadir tempat wisata sejenis yang muncul dalam 10 tahun terakhir.
Muncul banyak tempat wisata sejenis di berbagai daerah bagaimana Ancol menghadapinya?
Kita senang dengan banyaknya objek wisata sejenis di berbagai daerah. Itu akan memberi publik pilihan tempat rekreasi dan hiburan. Selain itu juga akan muncul persaingan yang sehat. Sebelum COVID-19 dalam setahun Ancol menerima kujungan 18 juta wisatawan lebih, itu masih yang terbesar di Indonesia. Namun untuk kawasan Asia Tenggara kita memang masih harus berjuang keras mewujudkan impian sebagai yang terbesar.
Ancol ini membidik segmen pasar kelas atas, menengah atau bawah?
Kita tidak membidik segmen tertentu, yang datang ke Ancol itu dari semua kelas. Itu konsekwensi dari kepopuleran Ancol di masyarakat Indonesia. Semua kelas bisa menyambangi dan menikmati hiburan di Ancol. Bahkan untuk masyarakat kecil kita berikan program bebas masuk. Khusus di bulan Ramadan setiap sore kita berikan program masuk gratis.
Ancol memiliki banyak pilihan atraksi wisata dengan segmennya masing-masing. Contohnya Dunia Fantasi (Dufan) yang merupakan theme park dengan target pengunjung menengah atas. Sedangkan untuk area taman dan pantai lebih dominan untuk segmen menengah dan bawah.
Bagaimana perjuangan Ancol melewati masa pandemi kemarin?
Kami harus melewati masa-masa yang amat sulit saat pandemi COVID-19. Meski sulit kami tidak melakukan PHK. Dan tidak ada pemotongan gaji karyawan, hanya top level manajemen yang dipotong, itu pun hanya 10 persen. Yang dilakukan adalah efisiensi agar bisa bertahan. Bersyukur pandemi hanya 2 tahun dan pemerintah sudah mencabut PPKM. Kami masih berjuang untuk kembali memulihkan keadaan seperti sebelum pandemi.
Bagaimana strategi Ancol untuk memenangkan persaingan di tengah banyak wisata sejenis baik di dalam maupun luar negeri?
Makin banyak persaingan makin ramai jumlah orang berwisata. Orang yang datang dari daerah ke Jakarta mereka seperti journey. Jadi walau banyak pesaing, kami tidak khawatir. Meski sudah mengunjungi sebuah lokasi wisata di daerah, orang akan mampir juga ke sini. Soalnya ada rasa yang berbeda antara tempat wisata yang satu dengan yang lain.
Apa kiat yang dilakukan untuk menjaga kunjungan wisatawan ke Ancol?
Kami belajar banyak dari COVID-19 yang lalu. Saat itu kami sengsara, cadangan kas habis, malah punya utang ke pemasok. Alhamdulillah cuma dua tahun. Hikmahnya, kami harus berhemat dan itu bisa bertahan. Tahun 2022 revenue kita baru 70 persen. Setelah keadaan melandai market kita tumbuh, revenue naik dan tingkat efisiensi sebagai perseroan lebih baik dari sebelum COVID-19.
Untuk harga, kita memang tidak terlau tinggi agar terjangkau. Karena harganya terjangkau volumenya besar. Kalau kita bikin harga tinggi malah tak terjangkau. Pandemi COVID-19 itu seperti vitamin yang menguatkan perseroan ini. Pil pahit yang harus ditelan dan itu membuat Ancol lebih sehat.
Selain sektor wisata, apa yang akan dioptimalkan?
Ancol itu mengelola bisnis properti dan rekreasi terpadu. Kawasan Ancol itu terbagi tiga; bagian Barat itu kawasan industri dan hunian, tengah kawasan rekreasi dan Timur adalah hunian. Kawasan Ancol adalah industrial estate pertama di Indonesia. Jadi selain rekreasi ada backup sektor property development, keduanya saling mendukung. Sektor properti profitabilitasnya tinggi, tapi naik turun. Untuk rekreasi meski profitabiltasnya tak setinggi properti tapi stabil dan bertumbuh.
Ancol ini unik, kombinasi swasta dan pemerintah, apakah menjadi beban atau sebaliknya?
Ancol adalah contoh yang bagus kerja sama pemerintah dan swasta dalam satu badan usaha. Ketika Ancol IPO (Tbk), tujuan awalnya bukan mencari dana, tapi untuk memperbaiki tata kelola internal dan tertib administrasi. Kebijakan manajemen harus dipertanggungjawabkan. Biasanya BUMN full government, Ancol adalah perpaduan BUMN yang orientasinya layanan publik. Dan sisi swasta yang orientasinya keuntungan. Kedua unsur itu melebur menjadi satu.
Baca juga:
Seperti apa kerja sama antara Ancol dan Jakrpo dalam pembangunan sirkuit Formula E?
Kerjasama antara keduanya jelas, masing-masing punya tugas dan kewajiban. Ancol sebagai penyedia lahan, sedangkan Jakpro yang membangun sirkuit. Lahan yang dibangun sirkuit itu dulu lokasi parkir kendaraan bermotor baik roda dua maupun roda empat.
Untuk tahun ini bagaimana gelaran Formula E di Ancol?
Ya, kami sudah meeting untuk persiapan balapan yang akan dilakukan pada bulan Juni 2023. Sejauh ini persiapan berjalan on track. Kalau tahun lalu persiapan pembangunan sirkuit yang menjadi sorotan, sekarang tidak lagi, karena sirkuitnya sudah jadi dan siap digunakan untuk balapan.
Tahun 2024 gelaran Formula E diusulkan di jalanan kota Jakarta, artinya sirkuit yang sudah dibangun mahal ini akan ditinggalkan, tanggapan Anda?
Di luar negeri balapan Formula E memang dilakukan di jalan raya di kota-kota yang dipilih menjadi tuan rumah. Kita dukung kalau memang gelaran Formula E mau dilaksanakan di jalalan dalam kota Jakarta.
Sirkuit yang sudah dibangun akan nganggur dong?
Kita akan bikin even balapan yang akan dilakukan di sirkuit Formula E. Jadi engga ada istilah nganggur. Sirkuit bagus yang sudah dibangun dengan biaya yang tak sedikit itu akan digunakan untuk balap kendaraan motor dan mobil.
Pembangunan sirkuit Formula E ini masih masih menyisakan masalah, KPK mengendus ada dugaan korupsi, bagaimana Anda melihat hal ini?
Pembangunan sirkuit Formula E ini dilakukan saat saya belum menjabat di Ancol. Saya kira pejabat sebelum kami tidak sembarangan menandatangani sebuah kerja sama dengan dengan pihak lain dalam pembangunan sirkuit Formula E. Kalau dalam proses pembangunannya diduga ada pelanggaran, saya kira pejabat sebelum saya akan bersikap profesional, artinya mereka akan mempertanggungjawabkan apa yang sudah terjadi. Kita tunggu saja proses hukumnya inkrah. Sekarang kita menerapkan asas praduga tak bersalah saja.
Wianrto Tertantang dengan Target Pribadi
Lingkungan yang kondusif biasanya bisa membuat seseorang untuk melakoni aktivitas berolahraga. Namun tidak demikian yang terjadi pada Winarto sebagai Direktur Utama PT Pembangunan Jaya Ancol yang punya area yang luas untuk berolahraga seperti lari atau jalan kaki. Soalnya masih belum bersesuain antara kesibukannya sebagai seorang pemimpin perusahaan dengan kegiatan olahraga.
Karena itu ia tertantang untuk menyeimbangkan tugasnya sebagai seorang yang menakhodai perusahaan yang bergerak dalam bidang pengembangan properti dengan wisata terpadu dengan kegiatannya berolahraga. “Saya masih harus berjuang untuk menyelaraskan antara kesibukan sebagai profesional dan kesibukan pribadi seperti olahraga,” begitu dia bertekad.
Beragam kegiatan olahraga sudah dilakoni Winarto untuk menjaga kebugaran tubuh, dari golf, jalan kaki hingga sepeda gunung. Namun yang paling mudah dan murah kata dia adalah jalan kaki.
Inti dari olahraga itu adalah gerak. Menurut Winarto sejatinya di mana pun dalam melakoni kehidupan kita harus bergerak. “Jadi dalam melakukan pekerjaan kita bergerak, sejatinya itu adalah olahraga,” terangnya.
Namun jalan pagi, lanjut Winarto adalah yang paling sederhana dan mudah. Dan dari aktivitas jalan itu kalori yang terbuang juga signifikan. “Saya berjalan bertahap mulai dari dua kilometer, tiga, empat hingga lima kilometer. Tergantung ketersediaan waktu,” kata pria yang pernah bertugas mengelolah Gelora Bung Karno sebelum ditugaskan di Ancol.
Namun diakui oleh Winarto, perlu menjaga intensitas aktivitas olahraga dengan disiplin. “Olahraga itu memang harus disiplin. Terus terang saya itu kadang kelemahannya menjaga intensitas dan disiplin itu. Lingkungan harus mendukung dan dari dalam diri kita juga harus tumbuh kesadaran kalau olahraga itu berguna untuk tubuh kita,” tandasnya.
Ngopi Bareng
Bertemu teman sembari ngopi bareng juga menjadi kegemaran Winarto. Tak harus di tempat yang mahal yang penting nyaman. “Bertemu teman atau kolega sembari ngopi dan menyantap camilan adalah kegiatan yang menyenangkan. Kita bisa berbagi cerita dan tukar pikiran satu sama lain,” katanya.
Namun yang menjadi kelemahan Winarto kalau sudah bertemu teman, kolega atau sahabat dia tak bisa menolak ajakan makan. “Gara-gara makan yang di luar kontrol, kini berat badan saya melonjak. Sekitar bulan Agustus 2022 bobot badan saya masih dalam kisaran 64 atau 65, akhir tahun 2022 menjadi 70 kg,” ungkapnya.
Namun kadang upaya untuk melakoni olahraga terbentur dengan jadwal meeting yang silih berganti. “Saya sudah meminta teman-teman untuk membuat jadwal olahraga di kantor, dua kali dalam sepekan. Jadwal olahraga sudah berjalan tiga bulan, saya baru bisa bergabung tiga kali,” ujarnya.
Target
Baru enam bulan Winarto menakhodai Ancol. Ia punya target setahun untuk membenahi perseroan yang sempat oleng dilanda Pandemi COVID-19.
“Saya baru enam bulan bergabung dengan teman-teman di Ancol. Semoga upaya untuk membenahi manajemen Ancol ini bisa terus berlanjut. Sekarang baru enam bulan, mudah-mudahan tak sampai setahun saya sudah bisa melaksanakan misi membuat Ancol kembali pulih seperti sebelum Pandemi COVID-19,” begitu tekad yang ia canangkan.
Ia sadar, tugas untuk mempertahankan angka pertumbuhan yang positif di Ancol bukan perkara yang mudah. Ia harus menggalang semua kekuatan yang ada agar target bisa terwujud. “Semoga kami bisa mencapai target yang sudah dicanangkan,” pintanya.
Tahun ini ia berharap, laju pertumbuhan akan terus membaik dan akan semakin baik hingga bisa mencapai target seperti sebelum COVID. “Semoga bisa terwujud seperti sebelum COVID-19. Setelah itu kita bisa running well,” tandas Winarto.
"Pandemi COVID-19 itu seperti vitamin yang menguatkan perseroan ini. Pil pahit yang harus ditelan dan itu membuat Ancol lebih sehat sekarang,"