Google Ungkap Beberapa Cara Menangkis Misinformasi di Kawasan Asia Pasifik

JAKARTA - Menjelang Hari Pemeriksaan Fakta Internasional yang jatuh pada 2 April nanti, Google berbagi beberapa cara yang telah mereka lakikan untuk mempermudah penggunanya di Asia Pasifik untuk mengevaluasi informasi secara online.

Saat ini, Anda akan mulai melihat tiga titik di samping sebagian besar hasil di Google Penelusuran. Ini berfungsi untuk untuk mempelajari lebih lanjut tentang hasil, memahami dari mana asal informasi, dan lihat bagaimana informasi tersebut akan berguna untuk kueri Anda. 

Fitur ini kini tersedia dalam semua bahasa utama di Asia Pasifik, termasuk Jepang, Korea, Indonesia, Vietnam, Melayu, Urdu, Cina Sederhana dan Tradisional, dan beberapa bahasa India. 

Selain itu, YouTube memperluas panel informasi yang memberikan konteks topik ke Singapura, Pakistan, Papua Nugini, dan Selandia Baru. Jadi, saat Anda menonton video tentang topik tertentu yang cenderung salah informasi, Anda akan melihat panel informasi di bagian atas penelusuran atau di bawah video yang Anda tonton, yang berisi tautan ke info tambahan.

Google juga mengatakan bahwa selama beberapa tahun terakhir, perusahaan telah melatih lebih dari 177.500 jurnalis di 17 negara dan wilayah di seluruh Asia Pasifik, terkait dengan misinformasi. 

November lalu Google dan YouTube mengumumkan hibah sebesar 13,2 juta dolar AS kepada International Fact-Checking Network di Poynter Institute untuk meluncurkan Global Fact Check Fund baru.

Lebih lanjut lagi, pada Desember lalu, Google juga telah memberikan 1,2 juta dolar AS untuk mendukung CekFakta dan jurnalis, pemeriksa fakta, dan warga negara Indonesia untuk melawan informasi yang salah menjelang pemilu 2024.

Google juga menjalankan sebuah program pendidikan misinformasi di YouTube, dengan nama Hit Pause. Program ini bertujuan untuk mendorong pengguna berpikir kritis tentang informasi di beberapa negara Asia Pasifik termasuk India, Indonesia, Australia, dan Selandia Baru.