Apa Itu Serangan Panik? Ini yang Terjadi pada Otak saat Kambuh

YOGYAKARTA – Tiba-tiba jantung berdebar kencang dan keringat dingin, merupakan dua gejala yang paling dikenali sebagai serangan panik. Namun lebih detail lagi, serangan panik atau panick attack adalah episode kecemasan yang muncul tiba-tiba karena tubuh merespons secara berlebihan terhadap peristiwa nyata yang dialami.

Serangan panik, gejalanya dapat muncul ketika merespons sesuatu yang mengejutkan atau menakutkan. Tetapi bisa juga terjadi tanpa alasan yang jelas. Kadang, karena kurang control dan merasa kewalahan, maka rasa takut menyerang. Bagi penderita panic attack terjadi secara berulang. Tetapi ada pula yang hanya mengalami sekali saja, kemudian mengontrolnya. Kalau yang terjadi secara berulang, masuk dalam konteks kesehatan mental yang disebut dengan gangguan panik.

Ilustrasi yang terjadi pada otak saat serangan panik (Freepik/cookie_studio)

Menurut DSM-5-TR (Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, 5th edition, text revision) dilansir Psych Central, Senin, 6 Maret, jika seseorang mengalami empat atau lebih dari gejala serangan panik berikut di bawah ini, maka perlu mendapatkan diagnosis secara formal:

  • Palpitasi jantung
  • Berkeringat
  • Gemetar
  • Sesak napas atau merasa tercekik
  • Sensasi tersedak
  • Nyeri dada
  • Mual atau ketidaknyamanan perut
  • Pusing atau sakit kepala ringan
  • Derealisasi atau depersonalisasi
  • Ketakutan kehilangan kendali atau kematian
  • Mati rasa atau kesemutan
  • Menggigil

Gejala pada poin pertama, empat hingga enam, perlu mendapatkan perawatan medis segera untuk antisipasi pada kondisi jantung. Sedangkan sesak napas, mual, atau gangguan perut merupakan konsekuensi dari adrenalin yang dapat memburuk tepat di puncak serangan panip pada 10 menit pertama.

Ilustrasi yang terjadi pada otak saat serangan panik (Freepik)

Salah satu gejala serangan panik paling umum, terutama untuk serangan awal bagi orang-orang yang jarang mengalami serangan panik, ialah takut pada kematian. Di antara gejala fisik dan kecemasan yang intens, penderita panic attack mungkin mulai mengkhawatirkan keselamatannya sendiri. Namun, sebenarnya perasaan khawatir ini akibat langsung dari kepanikan yang tidak selalu menunjukkan masalah fisik atau yang mencancam jiwa.

Selama serangan panik, sensasi fisik terasa cukup dramatis. Empat atau lebih dari gejala yang disebutkan di atas, bisa mengganggu sehingga beberapa orang mengira itu serangan jantung. Serangan ini, dipicu oleh hal spesifik. Misalnya, jika Anda takut akan ruangan kecil dan terjebak lift, maka mungkin akan mengalami serangan panik. Dengan kata lain, seseorang perlu mengetahui atau mengidentifikasi apa yang menyebabkan panic attack kambuh.

Ilustrasi yang terjadi pada otak saat serangan panik (Freepik)

Tidak semua serangan panik memiliki gejala atau intensitas yang sama. Tipe serangan panik yang umum, berlangsung selama 30 menit dan gejala mencapai intensitas puncak pada 10 menit pertama kemudian mereda. Tetapi, tergantung seberapa kuat gejala karena tampaknya memengaruhi durasi serangan.

Serangan panik secara biologis, semua dimulai dari amigdala. Amigdala terletak di antara dua belahan otak. Area dasar otak ini, berperan penting dalam perilaku emosi, khususnya pemrosesan rasa takut. Saat menghadapi rangsangan yang mengancam, informasi dikirim ke amigdala. Pada gilirannya, amigdala memberi tahu bagian lain tubuh yang memicu proses fight-flight-or-freeze.

Respons ini merupakan reaksi fisiologis yang alami terhadap stres. Ketika kelenjar adrenal melepaskan hormon, maka tubuh akan menegang untuk memilih meresponsnya dengan melawan atau lari. Penting diketahui, adrenalin menyebabkan jantung berpacu, pernapasan lebih cepat, dan gejala fisiologis lain. Saat ini pula, otak mendapatkan banyak darah dan oksigen untuk tetap waspada.

Pada satu sisi, gejala fisiologis ini merupakan reaksi bagus apabila Anda benar-benar dalam bahaya. Misalnya ketika perlu berlari kencang karena serangan binatang buas. Tetapi, di saat yang sama juga dialami ketika menjalani ujian atau presentasi di kantor.

Untuk mengatasinya, perlu kiranya berlatih mindfulness. Selain juga wajib bertemu profesional untuk merawat kesehatan mental.