Nikaragua Bebaskan Lebih dari 200 Tahanan Politik, Termasuk Lima Mantan Calon Presiden: Mayoritas Terbang ke AS

JAKARTA - Lebih dari 200 tahanan politik di Nikaragua dibebaskan dan diterbangkan ke Amerika Serikat pada Hari Kamis, termasuk lima mantan calon presiden dan pengecam Presiden Daniel Ortega lainnya, dalam apa yang digambarkan Washington sebagai "langkah konstruktif" menuju peningkatan hak asasi manusia.

Seorang hakim Nikaragua mengecam 222 tahanan yang dibebaskan sebagai "pengkhianat" dalam pernyataan yang disiarkan televisi, mengatakan mereka telah "dideportasi".

Kerumunan orang menunggu untuk menyambut orang yang mereka cintai di Bandara Internasional Dulles dekat Washington, melambai-lambaikan bendera dan meneriakkan "bebas!", menyusul langkah mengejutkan Pemerintah Nikaragua.

Mengutip Reuters 10 Februari, seorang pejabat AS mengatakan, tujuan Managua adalah untuk menunjukkan keinginannya untuk memperbaiki hubungan dengan Washington yang telah lama membeku, dengan Pemerintah Ortega tidak meminta imbalan apa pun.

Pada tahun 2021, Washington menjatuhkan sanksi dan mengecam pemilihan kembali Ortega sebagai "palsu" setelah banyak lawan dipenjara sebelum pemungutan suara, menyusul jurnalis dan tokoh agama juga kemudian dipenjara.

Para tahanan yang dibebaskan akan diizinkan memasuki Amerika Serikat dengan alasan darurat kemanusiaan, kata administrasi Presiden Joe Biden dalam sebuah catatan kepada Kongres.

Berbicara di radio Nikaragua, Wakil Presiden Rosario Murillo mengatakan, Nikaragua telah melakukan "pengusiran dan pemindahan orang-orang yang dihukum karena serangan terhadap kedaulatan."

"Keputusan berdaulat negara Nikaragua ini telah diambil demi kepentingan tertinggi negara kita, untuk hidup dalam harmoni," ujarnya.

Pemerintah Nikaragua mengatakan berencana untuk mengubah undang-undang untuk memungkinkannya mencabut kewarganegaraan tahanan yang dibebaskan, yang secara efektif akan menutup rencana masa depan yang mungkin mereka miliki untuk kembali.

Di antara mereka yang dibebaskan adalah mantan calon presiden Juan Sebastian Chamorro, Felix Maradiaga, Miguel Mora, Medardo Mairena dan Arturo Cruz, serta aktivis mahasiswa terkemuka Lesther Aleman, menurut dokumen pengadilan Nikaragua.

Termasuk yang dibebaskan adalah warga negara ganda Michael Healy, yang telah dijatuhi hukuman penjara 13 tahun.

Sekitar 100 orang menunggu kedatangan mereka di bandara, dengan banyak yang melambai-lambaikan bendera dan tanda Nikaragua dengan nama mereka yang dibebaskan. Beberapa menyanyikan lagu nasional yang disukai, "My Nicaragua."

Ariana Gutierrez Pinto (28), mengatakan dia sangat ingin bertemu kembali dengan ibunya yang berusia 63 tahun, Evelyn Pinto, yang dibebaskan tepat pada waktunya untuk merayakan ulang tahunnya akhir bulan ini.

"Aku sangat gugup," kata Ariana.

"Ada hari-hari ketika saya kehilangan harapan, tapi ayah saya selalu optimis, seluruh keluarga optimis. Begitu juga ibu saya. Dia tidak pernah kehilangan harapan," lanjutnya.

Di Twitter, Aliansi Universitas Nikaragua menulis: "Teman-teman kami telah dibebaskan," mengacu pada empat mahasiswa yang dipenjara setelah berpartisipasi dalam protes.

"Beberapa dari orang-orang ini telah menghabiskan waktu bertahun-tahun di penjara, banyak dari mereka karena menjalankan kebebasan mendasar mereka, dalam kondisi yang mengerikan dan tanpa akses ke proses hukum," terang juru bicara Departemen Luar Negeri AS.

Pembebasan itu "menandai langkah konstruktif untuk mengatasi pelanggaran hak asasi manusia di negara itu dan membuka pintu untuk dialog lebih lanjut antara Amerika Serikat dan Nikaragua mengenai masalah-masalah yang menjadi perhatian," kata Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken.

Selain 222 orang yang pergi ke Amerika Serikat, dua lainnya dibebaskan tetapi memilih untuk tidak bepergian, tambah Departemen Luar Negeri.