Bagikan:

JAKARTA – Kemelut politik dalam negeri membuat Nikaragua menjadi negara yang sensitif terhadap intervensi asing. Baru-baru ini, negara di Amerika Tengah itu, mengusir seorang perwakilan senior Komite Internasional Palang Merah (ICRC) tanpa alasan apa pun.

Menurut kelompok kemanusiaan di negara itu, pada Jumat, 25 Maret, pengusiran itu terjadi beberapa hari setelah Nikaragua melakukan hal serupa terhadap Duta Besar Vatikan, Waldemar Stanislaw Sommertag. Takhta Suci Vatikan menyebut insiden itu "tidak dapat dipahami".

ICRC mengaku telah menerima surat pemberitahuan dari pemerintah Nikaragua bahwa mereka telah menarik izin tinggal untuk perwakilan Thomas Ess di negara tersebut

"Kami tidak tahu apa alasan di balik keputusan ini, yang membuat kami syok," kata ICRC lewat pernyataan yang dikutip Antara. Pemerintah Nikaragua belum menanggapi permintaan untuk berkomentar atas aksi pengusiran ini.

Ess bertugas di ibu kota Managua sejak Januari 2021. Bahkan perwakilan ICRC lainnya, Jordi Raich, baru saja dianugerahi penghargaan sipil tertinggi dari pemerintah Nikaragua.

Organisasi kemanusiaan menjadi kunci dalam pemeriksaan kondisi kesehatan tahanan politik yang menentang Presiden Daniel Ortega sejak April 2018. Mereka ditahan ketika terjadi protes di seluruh negeri, menurut pernyataan Asosiasi Anggota Keluarga Tahanan Politik (AFPP).

"Terlepas dari situasi tersebut, ICRC menegaskan komitmennya untuk melanjutkan tugas kemanusiaan mereka di Nikaragua, dengan berprinsip pada netralitas, tidak memihak dan independen," kata ICRC.

Dalam laporan pada Kamis lalu, ICRC menyebutkan bahwa kekerasan di Amerika Tengah dan Meksiko akan memicu lebih banyak migrasi pada 2022.