Peluncuran Novel Sejuta Hati untuk Gus Dur Karya Damien Dematra dalam Memori Hari Ini, 8 Januari 2010
JAKARTA – Memori hari ini, 13 tahun yang lalu, 8 Januari 2010, Novelis Damien Dematra meluncurkan novel terbarunya berjudul Sejuta Hati untuk Gus Dur. Peluncuran itu dilakukan di kantor PBNU Pusat, Jakarta. pun peluncuran itu dihadiri petinggi PBNU dan anak dari Abdurrahman Wahid (Gus Dur), Alissa Wahid.
Novel itu diluncurkan bertapatan dengan 10 hari meninggal dunianya Sang Guru Bangsa. Keinginan Damien Dematra tak muluk-muluk. Ia berharap novelnya dapat menginsipasi banyak orang terkait laku hidup Gus Dur. Dari masa kecilnya hingga jadi pemimpin bangsa.
Dedikasi Gus Dur bagi bangsa dan negara cukup besar. Apalagi Gus Dur adalah sosok yang unik. Ia terlahir sebagai anak kiai. Namun, tindak-tanduknya tak melulu dihabiskan dengan belajar agama belaka. Ia mampu mempelajari banyak hal.
Ia tak jarang berguru langsung dari film dan buku. Aktivitas itu dilakoni Gus Dur ketika menuntut ilmu di Mesir. Kesukaannya tak dapat diganggu. Ia sampai rela bolos kuliah untuk nonton dan baca buku. Sebab, ilmu yang diberikan di perkuliahan dianggapnya kurang menarik. Utamanya karena ilmu itu sudah didapatnya ketika di Indonesia.
Ilmu yang didapat Gus Dur lewat buku dan film nyatanya berguna. Ia mampu berdiri menyuarakan inspirasi rakyat berkat pengetahuannya yang luas. Ia pun sampai memilih kubu berseberangan dengan Orde Baru (Orba). Gus Dur membawa dirinya berada di antara mereka yang diperlakukan tak adil oleh Orba.
Narasi mendukung rakyat pun dihadirkan Gus Dur ketika menjadi orang nomor satu Indonesia. Nilai-nilai pluralisme banyak disebarnya supaya kedamaian mengiringi seisi Indonesia. Pun hal itu dilakoninya hingga menjelang akhir hayatnya, 30 Desember 2009.
“Petang itu, selepas magrib 30 Desember 2009, pukul 18:45 WIB figur sederhana, cerdas, dan pencinta damai itu, akhirnya berpulang menemui ‘sang kekasih,’ Allah Tabaraka wa Ta’ala. Terasa sakit, namun seperti yang selalu diamatkan almarhum, hanya Allahlah Yang Maha Abadi.”
“Sebagaimana firman-Nya, semua yang ada di bumi akan binasa, yang kekal hanyalah Allah, pemilik kebesaran dan dan kemuliaan. Jutaan orang melepas kepergian Gus Dur seorang ulama besar, budayawan, tokoh demokrasi serta inspiratory bagi warga bangsa ini dalam melakukan perubahan dan menegakkan demokrasi, pluralisme, dan HAM,” ungkap Maman Imanulhaq Faqieh dalam buku Fatwa dan Canda Gus Dur (2010).
Kepergian Gus Dur nyatanya membawa kedukaan mendalam. Seisi Indonesia berduka. Sutradara sekaligus novelis, Damien Dematra, apalagi. Gus Dur menurutnya sosok yang penuh inspirasi. Ia merasa terpukul karena kepergian Gus Dur.
Padahal, Gus Dur direncanakan akan menonton film garapannya berjudul Gus Dur: The Movie (sekalipun film tersebut tak kunjung tayang). Sebagai bentuk apresiasi, skenario Gus Dur: The Movie dinovelkan olehnya. Ia pun menambahkan ragam kisah terkait Gus Dur supaya dapat menyentuh tiap sanubari pembaca.
Novel itu akhirnya dirangkumkan. Ia pun meluncurkan novel berjudul Sejuta Hati untuk Gus Dur di Kantor PBNU, Jakarta pada 8 Januari 2010. Peluncuran itu dihadiri segenap petinggi PBNU. Lebih spesial lagi anak Gus Dur, Alissa Wahid ikut datang dan memberikan sambutan langsung mewakili keluarganya.
Mereka senang bukan main dengan kehadiran novel. Harapannya novel itu dapat menginspirasi banyak orang untuk memperjuangkan kemanusian layaknya Gus Dur.
“Buku Sejuta Hati untuk Gus Dur diadaptasi dari skenario Gus Dur: The Movie dengan tambahan jejak-jejak akhir hidup sang tokoh pluralisme di dunia. buku itu banyak menggambarkan Gus Dur dari sisi kemanusiaannya, yang menitikberatkan masa kecilnya sampai ia menikah.
Dilanjutkan dengan petikan-petikan masa perjuangannya. Detail periode terakhir menjelang kematiannya, yang didapat dari orang-orang terdekat Gus Dur, dan ditutup dengan deskripsi upacara kenegaraan yang dipimpin Presiden RI,” ungkap Damien Dematra dalam kata pengantarnya di buku Sejuta Hati untuk Gus Dur (2010).
Baca juga:
- Sejarah Hari Ini, 7 Januari 1962: Percobaan Pembunuhan Presiden Soekarno dengan Granat di Makassar
- Jejak Park Hang Seo di Sepak Bola Vietnam: Dulu Belajar dari Guus Hiddink, Kini Dipuja Bak Selebritas
- Rumah Pejuang Kemerdekaan M.H. Thamrin Digeledah Polisi Rahasia Hindia Belanda dalam Sejarah Hari Ini, 6 Januari 1941
- Banyak Rumah Mewah Orang Belanda Terbengkalai di Era Penjajahan Jepang