Salahkan Ukraina, Rusia Sebut Penembakan PLTN Zaporizhzhia Berisiko Kecelakaan Nuklir
JAKARTA - Rusia menyebut penembakan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) Zaporizhzhia berisiko menyebabkan kecelakaan nuklir yang parah, menyalahkan pasukan Ukraina yang langsung dibantah oleh Kyiv.
Kremlin meminta "semua negara di dunia" untuk menekan Kyiv agar menghentikan serangan, yang menurut Ukraina adalah tanggung jawab Rusia.
Penembakan berulang terhadap pembangkit listrik di Ukraina selatan, yang berkobar lagi pada akhir pekan, telah menimbulkan kekhawatiran tentang potensi kecelakaan serius hanya 500 km (300 mil) dari Chornobyl, tempat bencana nuklir terburuk di dunia pada tahun 1986, melansir Reuters 21 November.
Reuters tidak dapat memverifikasi secara independen, pihak mana yang bertanggung jawab atas penembakan akhir pekan itu.
"Pabrik itu berisiko mengalami kecelakaan nuklir," kata Alexei Likhachev, direktur jenderal perusahaan nuklir negara Rosatom Rusia, seperti dikutip Interfax.
"Kami sedang bernegosiasi dengan Badan Energi Atom Internasional (IAEA) sepanjang malam," katanya.
Pembangkit listrik, yang berada di bawah kendali Rusia, diguncang oleh penembakan hebat pada Sabtu dan Minggu, menuai kecaman dari pengawas nuklir PBB yang mengatakan serangan semacam itu berisiko menimbulkan bencana besar.
Kehancuran reaktor di pabrik atau kebakaran bahan bakar nuklir bekas, dapat mengirim segumpal radionuklida ke udara, berpotensi menyebar ke wilayah yang luas di Eropa.
"Ini tidak bisa tidak menimbulkan kekhawatiran kami," kata juru bicara Kremlin Dmitry Peskov kepada wartawan, merujuk pada penembakan itu.
"Kami menyerukan kepada semua negara di dunia untuk menggunakan pengaruh mereka, sehingga angkatan bersenjata Ukraina berhenti melakukan ini," serunya.
Terpisah, Badan Energi Atom Internasional (IAEA) mengatakan, misinya di pabrik tersebut telah melaporkan kerusakan pada limbah radioaktif dan gedung penyimpanan, sistem penyiram kolam pendingin, kabel listrik ke salah satu reaktor, tangki penyimpanan kondensat dan jembatan antara reaktor lain, serta bangunan pendukungnya.
Catu daya eksternal tidak terpengaruh dan tingkat radiasi di pabrik tetap normal, lanjut IAEA.
Sementara itu, Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan, angkatan bersenjata Ukraina menembakkan 11 peluru kaliber besar ke pabrik itu pada Sabtu dan 12 peluru pada Minggu pagi, kemudian dua lagi ke jaringan listrik.
Sebaliknya, perusahaan energi nuklir Ukraina Energoatom mengatakan militer Rusia menembaki pabrik itu. Dikatakan setidaknya ada 12 serangan di fasilitas itu pada Hari Minggu.
Baca juga:
- Dihukuman Mati Atas Pembunuhan Warga AS, Militan yang Diilhami Al Qaeda Melarikan Diri dari Pengadilan
- Bantah Tudingan Militer Filipina, China Bilang Tidak Mencegat dan Mengambil Benda di Laut China Selatan
- Balas Serangan Turki, PKK Serang Karkamis dari Suriah: Tiga Tewas dan Enam Luka-luka
- Rudal dan Drone Iran Serang Wilayah Kurdi di Irak, Satu Orang Tewas
Diketahui, Drektur Jenderal IAEA Rafael Grossi telah mengusulkan pembentukan zona keselamatan dan perlindungan keamanan nuklir di sekitar pembangkit listrik.
Adapun Kepala Rosatom Likhachev mengatakan, ini hanya mungkin jika disetujui oleh Amerika Serikat.
"Saya pikir jarak yang jauh antara Washington dan Zaporizhzhia seharusnya tidak menjadi alasan bagi Amerika Serikat untuk menunda keputusan tentang zona keamanan," ucapnya seperti dikutip Interfax.