Bagikan:

JAKARTA - Badan Pengawas Nuklir PBB yang beranggotakan 35 negara pada Hari Kamis mengeluarkan resolusi, menuntut agar Rusia mengakhiri pendudukannya atas Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Zaporizhzhia di Ukraina.

Resolusi tersebut adalah yang kedua tentang invasi Rusia ke Ukraina yang disahkan oleh dewan Badan Energi Atom Internasional (IAEA), isinya sangat mirip, meskipun yang pertama pada Bulan Maret mendahului pasukan Rusia yang mengambil alih Zaporizhzhia, PLTN terbesar di Eropa.

Kedua resolusi tersebut diusulkan oleh Kanada dan Polandia atas nama Ukraina, yang tidak termasuk dalam dewan, badan pembuat kebijakan utama IAEA yang bertemu lebih dari sekali setahun.

Teks, yang mengatakan dewan menyerukan Rusia untuk "segera menghentikan semua tindakan terhadap dan di PLTN Zaporizhzhia dan fasilitas nuklir lainnya di Ukraina", disahkan dengan 26 suara mendukung, dua menentang dan tujuh abstain, kata diplomat yang hadir di pertemuan tertutup itu.

Teks itu kemudian diunggah di situs web IAEA.

Rusia dan China adalah negara-negara yang memberikan suara menentang sementara Mesir, Afrika Selatan, Senegal, Burundi, Vietnam, India dan Pakistan abstain, kata para diplomat.

Dewan "menyesalkan tindakan kekerasan terus-menerus Federasi Rusia terhadap fasilitas nuklir di Ukraina, termasuk merebut kendali fasilitas nuklir secara paksa," bunyi teks resolusi itu.

Jauh sebelumnya, Rusia menyita fasilitas limbah radioaktif di Chernobyl, lokasi bencana nuklir terburuk di dunia pada 1986, pada awal perang tetapi kemudian mundur.

Diketahui, Rusia dan Ukraina telah berulang kali menuduh satu sama lain menembaki pembangkit Zaporizhzhia di Ukraina selatan.

Misi Rusia untuk IAEA menyebut teks itu anti-Rusia, mengatakan "kelemahan resolusi ini" adalah tidak mengatakan apa-apa tentang "penembakan sistematis" dari pembangkit.

"Alasannya sederhana, penembakan ini dilakukan oleh Ukraina, yang didukung dan dilindungi oleh negara-negara Barat dengan segala cara yang memungkinkan," katanya dalam sebuah pernyataan, melansir Reuters 16 September.

Resolusi tersebut menambahkan, pendudukan Rusia atas pabrik tersebut secara signifikan meningkatkan risiko kecelakaan nuklir.

Kendati diduduki pasukan Rusia, staf Ukraina terus mengoperasikan pabrik dalam kondisi yang IAEA gambarkan sebagai membahayakan keselamatan situs.

"Dewan ini mengangkat masalah ini pada Bulan Maret dan mengadopsi resolusi yang menyesalkan tindakan kekerasan Rusia, meminta Rusia untuk segera menghentikan semua tindakan terhadap dan di fasilitas nuklir di Ukraina, mengembalikan kendali mereka kepada otoritas Ukraina yang kompeten," bunyi pernyataan AS kepada dewan.

"Keesokan harinya, Rusia menolak seruan itu dengan merebut Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Zaporizhzhia. Rusia memperlakukan infrastruktur sipil Ukraina sebagai hadiah militer, berusaha mencabut kendali Ukraina atas sumber daya energinya sendiri dan menggunakan pembangkit itu sebagai pangkalan militer