JAKARTA - Rusia mengharapkan Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengambil sejumlah langkah, untuk mendukung kunjungan delegasi Badan Energi Atom Internasional (IAEA) ke Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) Zaporizhzhia.
Rusia dan Ukraina saling tuding mengenai tembak menembak di sekitar pembangkit listrik tersebut, menimbulkan kekhawatiran dampak ancaman radiasi jika mengenai infrastruktur vital di dalamnya.
"Sekarang, tergantung dari Sekretariat PBB dan Sekretaris Jenderal Antonio Guterres sendiri, karena dia adalah salah satu dari mereka yang kata-kata dukungannya untuk kunjungan ini diperlukan," ujar Wakil Direktur Departemen Non-Proliferasi dan Pengendalian Senjata Kementerian Luar Negeri Rusia Igor Vishnevetsky, melansir TASS 10 Agustus.
"Dia bukan hanya perlu berbicara, tetapi juga diperlukan untuk memastikan kunjungan itu terealisasi. Kami akan membantunya dengan segala cara," sambungnya.
"Pada titik tertentu, kami siap menerima inspektur, semuanya sudah siap. Tetapi, Departemen Keamanan Sekretariat PBB menolak untuk mengizinkannya. IAEA tidak boleh melanggar rekomendasi itu. Misi itu tidak terjadi. Ini menjadi kejutan besar bagi semua orang, termasuk Direktur Jenderal IAEA Rafael Grossi," paparnya.
Penjelasan tersebut merujuk pada rencana semula, di mana misi yang dipimpin oleh IAEA akan melakukan inspeksi pada Juni lalu.
Rusia sendiri menginginkan IAEA berkunjung ke pembangkit tersebut, untuk memperoleh gambaran yang lengkap dan objektif tentang situasi terkini.
"Kami tertarik agar IAEA memiliki gambaran paling lengkap dan objektif tentang situasi di sana, terutama mengingat pernyataan bodoh bahwa Rusia menembaki diri mereka sendiri di pabrik tersebut," tulis Perwakilan Tetap Rusia untuk Organisasi Internasional di Wina Mikhail Ulyanov di Twitter.
Diberitakan sebelumnya, Ukraina dan Rusia saling tuduh menembaki situs PLTN terbesar di Eropa tersebut, yang saat ini berada di dalam wilayah yang diduduki tentara Moskow.
Beberapa dari tembakan tersebut menyasar daerah di dekat fasilitas penyimpanan bahan bakar bekas, sebuah area yang memiliki 174 kontainer bahan radioaktif tinggi, kata kepala perusahaan tenaga nuklir Ukraina Energoatom Petro Kotin, memperingatkan bahaya jika kontainer tersebut terkena tembakan.
"Ini adalah bahan paling radioaktif di semua pembangkit listrik tenaga nuklir. Ini akan (berarti) distribusi (dari) sekitar tempat ini, kemudian akan ada seperti awan radiasi, dengan cuaca akan memutuskan ke mana arah awan itu pergi," ujarnya, mengutip Reuters.
"Risikonya sangat tinggi," tegas Kotin.
Sebaliknya, Rusia menyebut pasukan Ukraina telah berulang kali melancarkan serangan yang menargetkan wilayah PLTN Zaporizhzhia. Pada 7 Agustus, militer Ukraina disebut menembaki pabrik, menargetkan, khususnya, gudang bahan bakar nuklir bekas.
BACA JUGA:
Administrasi militer-sipil Energodar di mana pembangkit listrik tenaga nuklir berada mengatakan, rezim Kyiv telah menembakkan roket Uragan 220mm dengan hulu ledak cluster, merusak gedung administrasi stasiun dan wilayah gudang yang berdekatan. Sebelumnya, militer Ukraina membombardir PLTN Zaporozhye pada 5 dan 6 Agustus.
Diketahui, PLTN Zaporizhzhia adalah yang terbesar di Eropa dan memiliki kapasitas sekitar 6.000 MW. PLTN ini menghasilkan seperempat dari semua tenaga listrik di Ukraina.
PLTN Zaporizhzhia terdiri dari enam unit daya dan mulai tahun 1996 beroperasi sebagai unit terpisah dari perusahaan pembangkit tenaga nuklir nasional Energoatom yang dikendalikan oleh Kyiv.
Tentara Rusia mengambil alih kendali PLTN Zaporizhzhia pada Maret 2022. Saat ini, PLTN beroperasi pada kapasitas 70 persen, karena wilayah Zaporizhzhia yang dibebaskan dari tentara Ukraina memiliki surplus daya listrik.