Pembayaran QRIS Masih Belum Aman, Intip Kiat-kiat Melindungi Data Keuangan Berikut Ini
JAKARTA - Sistem pembayaran digital telah menjadi salah satu pembayaran yang paling efisien di Indonesia. Apalagi ketika Bank Indonesia meluncurkan Indonesia Standard Quick Response Code (QRIS).
Meski demikian, tidak dapat dipungkiri bahwa pembayaran digital ini akan menimbulkan resiko siber, salah satu yang paling banyak ditemui adalah phishing.
Kaspersky sendiri telah menemukan sebanyak 356,786 phishing terkait keuangan (finansial) terdeteksi dan telah diblokir terhadap pengguna di Indonesia selama paruh pertama tahun ini.
Dari jumlah itu, terdapat 166,857 total insiden yang menargetkan sistem pembayaran. Maka dari itu, Kaspersky sebagai perusahaan global cybersecurity, paling populer yang sudah berdiri sejak tahun 1997 memberikan kiat-kiat untuk mengamankan data keuangan mereka secara online dan terhindar dari upaya phishing:
Baca juga:
- Kaspersky Usul Indonesia Perketat Keamanan Demi Halau Serangan Siber
- Rayakan Bulan Kesadaran Keamanan Siber, Google Bagikan Upaya Jaga Keamanan di Internet
- Lima Tips Ini Bisa Digunakan Untuk Melindungi Email Anda dari Bermacam Penipuan
- Begini Cara Ampuh Terhindar dari Penipuan Saat Streaming Film ala Kaspersky
- Selalu memperhatikan email yang mencurigakan. Jika terlihat terlalu bagus untuk menjadi kenyataan, periksa, periksa kembali, dan periksa tiga kali.
- Pertahankan dua alamat email jika Anda menggunakan akun gratis. Salah satunya digunakan sebagai penggunaan resmi dan yang lainnya untuk situs web yang mengharuskan Anda masuk untuk membaca berita atau mengumpulkan informasi.
- Tidak semua ponsel cerdas aman, jadi berhati-hatilah dengan pesan yang akan mengarahkan Anda ke situs web. Terdapat sejumlah perangkat lunak berbahaya yang dapat masuk ke daftar kontak dan aplikasi keuangan Anda.
- Gunakan solusi keamanan yang andal dengan anti-phishing dan kemampuan pembayaran yang aman.
- Paling utama, pertahanan terbaik terhadap phishing adalah mendapatkan informasi dan membedakan email dan pesan lain yang diterima pengguna. Tidak ada salahnya untuk terlalu berhati-hati, terutama karena sebagian besar transaksi keuangan sekarang dilakukan secara online untuk mengejar digitalisasi.