Wisma Yasoo Dijadikan Museum Satriamandala dalam Sejarah Hari Ini, 5 Oktober 1972
JAKARTA – Sejarah hari ini, 50 tahun yang lalu, 5 Oktober 1972, Presiden Soeharto meresmikan Wisma Yasoo sebagai Museum Satriamandala. Museum itu digunakan untuk menampung segala sesuatu yang berhubungan dengan dunia militer. Dari diorama hingga peralatan perang.
Sebelumnya, Wisma Yasoo adalah rumah pemberian Soekarno kepada istrinya yang kelima, Naoko Nemoto. Wanita yang kemudian bersalin nama menjadi Ratna Sari Dewi senang bukan main. Sebab, rumah itu jadi pelipur laranya atas kehilangan orang yang disayangi.
Tokyo adalah salah satu kota di dunia berkesan bagi Bung Karno. Ia menyukai segala hal tentang Ibu Kota Jepang tersebut. Suasana hingga karya seninya. Kecintaan akan Tokyo semakin menjadi-jadi kala Bung Karno berjumpa dengan wanita cantik di Hotel Imperial pada 1959.
Perjumpaan itu membuat hati Soekarno berbunga-bunga. Ia serasa berjumpa dengan jodohnya: Naoko Nemoto. Pucuk dicinta ulam pun tiba. Tiga tahun setelahnya, atau pada 1962 Bung Karno memberanikan diri mempersuntingnya.
Bersamaan dengan itu, Naoko Nemoto masuk Islam. Bung Karno tak lupa memberikan nama baru: Ratna Sari Dewi. Nama barunya laksana sebagai penegasan bahwa wanita Jepang itu terlahir kembali. Namun, duka wanita yang kerap dipanggil Dewi tak serta-merta menghilang. Sebab, 26 jam setelah menikah ia mendapat dua kabar duka sekaligus. Ibu dan adiknya, Yasoo telah meninggal dunia.
Bung Karno paham benar hal itu. Ia tak ingin istrinya terus terlarut dalam kesedihan. Sebagai bukti cinta yang amat besar, Soekarno pun mempersembahkan sebuah rumah untuk Dewi. Soekarno pun menamakannya sebagai Wisma Yasoo.
“Berat memang derita yang harus ditanggung Dewi ketika menikah dengan Soekarno. Dalam waktu 26 jam, Dewi kehilangan dua orang yang sangat ia sayangi. Ibunya meninggal karena Dewi memeluk agama Islam, sedang saudara laki-lakinya, Yasoo bunuh diri dengan alasan serupa. Untuk mengobati kesedihan Dewi, Bung karno merancang rumah yang kelak ditempati oleh Ratna Sari Dewi di Jalan Gatot Soebroto dalam nama Wisma Yasoo,” ungkap Julius Pour dalam buku Gerakan 30 September: Pelaku, Pahlawan & Petualang (2010).
Wisma Yasoo resmi jadi kediaman Dewi dalam waktu yang lama. Semua berubah kala ekonomi Indonesia dihajar resesi. Kondisi itu diperparah oleh peristiwa pemberontakan Gerakan 30 September (G30S). Posisi Bung Karno sedemikian tersudut hingga menjadi tahanan rumah di Wisma Yasoo. Bahkan, Soekarno di Wisma Yaso hingga ajal menjemputnya.
Sepeninggal Bung Karno, Wisma Yasoo diambil alih oleh pemerintah. Empunya kuasa pun mengubah fungsi Wisma Yasoo yang awalnya rumah tinggal menjadi Museum Dunia Militer pada 5 Oktober 1972. Presiden Soeharto sendiri yang bertindak meresmikannya. Museum Satriamandala, namanya. Koleksinya bermacam-macam. Dari diorama hingga alat perang.
“Sepeninggal Bung Karno, Ny. Dewi bersama anak perempuannya semata wayang, Karina, tinggal di Paris. Harta warisan peninggalan Bung Karno untuknya, Wisma Yasoo di Jakarta dan Wisma Masa di Cipayung, Bogor, diambil alih oleh Bakin (Badan Koordinasi Intelejen Negara). Sejak 5 Oktober 1972, Wisma Yasoo digunakan oleh militer sebagai museum ABRI Satriamandala,” terang Djoko Pitono dalam buku Soekarno: Obor Indonesia yang Tak Pernah Padam (2017).
Baca juga:
- Mengingat Tragedi Erik Setiawan: Korban Rivalitas Abadi Bonek dan Aremania
- Pengangkatan Jenazah Korban G30S PKI di Lubang Buaya dalam Sejarah Hari Ini, 4 Oktober 1965
- Jeremias van Riemsdijk, Gubernur Jenderal VOC yang Doyan Foya-Foya Meninggal Dunia pada 3 Oktober 1777
- Rivalitas Bonek dan Aremania: Berebut Jadi Nomor Satu di Jawa Timur