Maksud Pernyataan Rizieq Shihab soal 'Negeri Darurat Kebohongan' yang Disorot PDIP

JAKARTA - Mantan Imam Besar Front Pembela Islam (FPI) Rizieq Shihab bebas bersyarat dari Rumah Tahanan (Rutan) Bareskrim Polri pada hari ini Rabu, 20 Juli. Rizieq langsung menggelar jumpa pers dan menceritakan soal proses pembebasannya.

Rizieq menjelaskan tidak mengumumkan hari kebebasannya lantaran khawatir ada pelanggaran di dalam proses perjalanan administrasi bebas bersyaratnya. Meski begitu, Rizieq harus wajib lapor serta mengikuti bimbingan Balai Pemasyarakatan (Bapas) Jakarta Pusat selama menjalani program pembebasan bersyarat sebelum bebas murni tahun depan.

Ada yang menarik dalam keterangan pers yang digelar Rizieq di Petamburan, Jakarta. Rizieq menyinggung soal negeri darurat kebohongan. Awalnya, Rizieq menyatakan akan melanjutkan perjuangan untuk merevolusi akhlak.

"Sebagaimana yang telah saya sampaikan setiba di Tanah Air sewaktu saya pulang dari kota suci Mekah, yaitu ayo kita gaungkan kembali terus, yaitu revolusi akhlak, revolusi akhlak dengan cara yang berakhlak," ujar Rizieq dalam konferensi pers yang disiarkan langsung lewat akun YouTube Islamic Brotherhood Television (IBTV), Rabu, 20 Juli. 

Rizieq kemudian menyinggung kondisi negara yang mengalami kerusakan. Menurutnya, darurat kebohongan sudah membudaya di negara ini.

"Bagaimana kita punya negeri di mana-mana ada kerusakan, di mana-mana ada kemungkaran, Saudara, maka kebohongan sudah membudaya dan negeri kita lagi darurat kebohongan," jelasnya.

"Karena itu, yang saya ingin sampaikan di sini, Saudara, apa itu darurat kebohongan, apa itu darurat korupsi, apa itu darurat kezaliman, apa itu darurat utang, apa itu darurat ekonomi dan lain sebagainya, maka kuncinya, yuk sama sama-sama kita obati semua itu dengan revolusi akhlak," sambung Rizieq.

Disorot PDIP

Politikus Senior PDIP Hendrawan Supratikno menyoroti pernyataan Rizieq Shihab soal negari darurat kebohongan. Menurutnya, pernyataan tersebut hanya pengulangan yang juga pernah diungkap Rizieq. Namun, dia menyinggung soal ciri orang munafik. 

"Itu pengulangan saja dengan dibumbui retorika baru. Pada 1977, Mochtar Lubis sudah menyatakan salah satu ciri manusia Indonesia adalah munafik," kata Hendrawan kepada wartawan, Rabu, 20 Juli.

Bahkan, Hendrawan menilai masalah terberat bangsa Indonesia adalah kepura-puraan. "Saya juga menyebut masalah terberat bangsa kita adalah melembagakan kepura-puraan," katanya. 

Anggota DPR itu pun meminta agar kepura-puraan dijadikan tantangan bersama, bukan menuding kelompok tertentu. "Jadi ini tantangan kita bersama, bukan tudingan untuk kelompok tertentu. Jadi berlaku untuk 'kita', bukan untuk menghakimi 'mereka'," kata Hendrawan.

Kendati demikian, Hendrawan menilai pernyataan Rizieq agar diterima sebagai pengingat. Dia sepakat terkait revolusi akhlak yang digaungkan Rizieq. Kata dia, hal itu jadi program penting menuju paradigma baru.

"Jadi kita terima sebagai pengingat agar kita jangan gemar mengkambinghitamkan orang lain, sekaligus menguduskan diri sendiri," jelas Hendrawan.

"(Tapi) Soal revolusi akhlak dan revolusi mental, kita setuju, dan itu jadi program penting dalam transformasi kebangsaan kita, dalam proses hijrah dari 'paradigma lama' menuju 'paradigma baru'," sambungnya.

Pengacara Ungkap Maksud Rizieq soal Negeri Darurat Kebohongan 

Pengacara Rizieq Shihab, Aziz Yanuar menjelaskan pernyataan kliennya soal negeri darurat kebohongan usai bebas bersyarat. Menurutnya, darurat kebohongan yang dimaksud adalah kala ucapan tidak sesuai dengan fakta kebenaran. 

"Kebohongan yaitu yang mengucap sesuatu tapi tidak sesuai fakta dan tidak terbukti benar," kata Aziz kepada wartawan, Rabu, 20 Juli.

Namun, Aziz tak merinci maksud lain dalam sebutan negeri darurat kebohongan itu. Dia hanya menegaskan, Rizieq juga tidak bermaksud mengarahkan pernyataan itu untuk menyindir pribadi seseorang.

"Maksudnya ke siapapun yang sering berbohong dan tidak ada tendensi ke pribadi seseorang manapun," katanya.