Presiden Biden Setujui Pengiriman Roket Canggih ke Ukraina, Tapi Gedung Putih Minta Jaminan Kyiv Tidak Serang Rusia
JAKARTA - Presiden Amerika Serikat Joe Biden menyetujui pengiriman roket canggih jarak jauh untuk Ukraina, tapi pejabat Gedung Putih menyebut telah meminta jaminan roket tersebut tidak digunakan untuk menyerang Rusia.
Sistem roket tersebut dapat menyerang dengan presisi sasaran jarak jauh Rusia, menacapai 80 kilometer, sebagai bagian dari paket bantuan senjata senilai 700 juta dolar AS atau sekitar Rp10.167.780.000.000.
Dalam opininya di New York Times Presiden Biden menulis, invasi Rusia ke Ukraina akan berakhir melalui diplomasi. Tetapi, Amerika Serikat harus menyediakan senjata dan amunisi yang signifikan, untuk memberi Ukraina pengaruh tertinggi di meja perundingan.
"Itulah mengapa saya memutuskan bahwa kami akan memberi Ukraina sistem roket dan amunisi yang lebih canggih yang akan memungkinkan mereka untuk lebih tepat menyerang target utama di medan perang di Ukraina," tulis Biden seperti melansir Reuters 1 Juni.
Seorang pejabat senior administrasi Presiden Biden mengatakan, pasokan baru, yang datang di atas peralatan bernilai miliaran dolar seperti drone dan rudal anti-pesawat, termasuk Sistem Roket Artileri Mobilitas Tinggi M142 (HIMARS), yang menurut Kyiv penting, untuk melawan serangan rudal Rusia.
Mengatasi kekhawatiran bahwa senjata seperti HIMARS dapat menarik Amerika Serikat ke dalam konflik langsung, Jonathan Finer, wakil penasihat keamanan nasional Gedung Putih, mengatakan Washington telah meminta jaminan Ukraina bahwa rudal tidak akan menyerang di dalam Rusia.
"Kami telah meminta jaminan Ukraina, mereka tidak akan menggunakan sistem ini untuk menyerang di dalam Rusia. Ini adalah konflik defensif yang dilakukan Ukraina. Pasukan Rusia berada di wilayah mereka," terang Finer dalam sebuah wawancara dengan CNN.
Ada target signifikan yang tidak dapat dicapai Ukraina dengan senjata yang mereka miliki saat ini, kata Finer, dan sistem roket akan membuat perbedaan besar dalam konflik di bagian tenggara negara itu, di mana pasukan Rusia saat ini fokus.
Baca juga:
- Calon Komandan Pasukan NATO Pilihan Presiden Biden: Aksesi Finlandia dan Swedia Perkuat Aliansi, Geser Geometri Lawan Rusia
- Tantang Israel Soal Pawai Bendera di Yerusalem, Hamas: Mereka Dapat Menghindari Perang Jika Dihentikan
- Sindir Garis Pertahanan NATO Bisa Dipindahkan ke Laut China Selatan, Menlu Rusia: Aliansi Global akan Gagal
- Pacaran saat SMA dan Menikah 24 Tahun, Suami Guru yang Tewas dalam Penembakan SD di Texas Meninggal saat Menyiapkan Pemakaman sang Istri
Sementara itu, para pejabat mengatakan paket senjata kali ini juga meliputi amunisi, radar penangkal tembakan, sejumlah radar pengawasan udara, rudal anti-tank Javelin tambahan, serta senjata anti-lapis baja.
Diketahui, para pejabat Ukraina telah meminta sekutu untuk sistem rudal jarak jauh yang dapat menembakkan rentetan roket ratusan mil jauhnya, dengan harapan mengubah gelombang dalam perang, yang memasuki bulan keempat.
Sebelumnya, Presiden Biden pada Hari Selasa mengatakan pihaknya tidak akan mengirimkan sistem roket untuk Ukraina yang mampu digunakan untuk menyerang Rusia.