Southgate Soroti Hak Perempuan dan LGBT, CEO Piala Dunia Qatar: Seseorang dengan Banyak Pengaruh Harus Hati-Hati Memilih Kata
JAKARTA - Kepala eksekutif Piala Dunia Qatar Nasser Al-Khater minta bertemu dengan Gareth Southgate setelah manajer Inggris itu mengaku tidak senang karena beberapa penggemar tidak akan merasa aman bepergian ke turnamen tersebut menyusul kekhawatiran atas masalah hak asasi manusia di negara itu.
Homoseksualitas adalah ilegal di negara Teluk tersebut dan ada juga kegelisahan atas hak-hak perempuan, sementara sebuah laporan Amnesty International menemukan bahwa ribuan pekerja migran di negara itu dieksploitasi yang dibantah oleh Qatar.
Southgate bulan ini mengatakan "sangat memalukan" ada masalah yang membuat penggemar tak bisa pergi ke Piala Dunia dengan menyoroti hak-hak perempuan dan komunitas LGBT.
"Seseorang dengan banyak pengaruh, seperti Southgate, seseorang dengan banyak penonton yang mendengarkan apa yang dia katakan, harus hati-hati memilih kata," kata Al-Khater kepada Sky Sports yang dikutip Antara dari Reuters, Rabu.
Baca juga:
- Carlos Queiroz Terpaksa Berpisah dengan Timnas Mesir, Konsekuensi Gagal ke Piala Dunia Qatar 2022
- Momen Chiellini Isyaratkan Pensiun Bela Gli Azzurri: Melepas Ban Kapten, Mencium dan Menempelkannya di Lengan Donnarumma
- Luapan Kebahagiaan Ronaldo usai Bawa Portugal ke Piala Dunia Qatar 2022: Tujuan Tercapai!
- Persikabo 1973 Bungkam Madura United, Dimas Drajad Disebut Warganet Layak Masuk Timnas Indonesia
"Dan saya pikir sebelum membuat pernyataan seperti itu, ketika menyangkut pekerja, dia perlu datang ke sini dan berbicara dengan pekerja dan memahami apa yang diperoleh pekerja dari berada di sini."
Undian Piala Dunia akan diadakan di Doha pada Jumat dan Al-Khater mengatakan dia menginginkan kesempatan membahas masalah tersebut dengan Southgate.
"...jadi saya berharap menyambutnya di sini, saya berharap untuk bertemu dengannya pada undian dan dia dapat mendengarkan pendapat saya, dia tidak harus mempercayainya, tetapi setidaknya dia harus melangkah sejauh itu untuk memahami perbedaan pendapat dan budaya yang berbeda," tambahnya.