Monumen Pembebasan Irian Barat yang Personal bagi Soekarno
JAKARTA - Soekarno memiliki andil besar dalam pembangunan banyak monumen di Jakarta. Salah satunya adalah Monumen Pembebasan Irian Barat. Monumen ini dibangun berdasar ide Soekarno. Ada makna mendalam di balik belenggu yang terlepas di tangan patung.
Berdiri tegak dan tinggi, monumen yang berdiri di kawasan Lapangan Banteng, Jakarta Pusat itu dibangun untuk mengenang para pejuang Tri Komando Rakyat (Trikora) yang berhasil merebut kembali Irian Barat dari Belanda ke pangkuan Ibu Pertiwi pada 1962. Proses kembalinya Irian Barat diketahui melalui perjuangan panjang.
“Irian Barat yang kala itu dinamai Nederland-Nieuw-Guinea menjadi jajahan Belanda sejak 1828. Indonesia sendiri merdeka pada 1945. Namun Belanda baru mengakui kedaulatan Indonesia pada 1949. Anehnya, dalam pengakuan kedaulatan itu Belanda tak juga melepaskan Irian Barat,” ungkap Agus Dermawan T., dalam buku Dari Lorong-lorong Istana Presiden (2019).
Monumen ini memiliki ikatan personal dengan Soekarno. Melewati perjuangan panjang mengembalikan Irian Barat ke Indonesia, Soekarno tak pernah menyerah. Ia kemudian mengamanatkan Trikora di Yogyakarta pada 19 Desember 1961.
“Sekarang saya tanya kepada saudara-saudara, kepada dunia internasional. Mengapa pihak Belanda menjadikan Irian Barat sebagai boneka Papua. Belanda menghasut rakyat Irian barat menjalankan satu poliik memecah belah kedaulatan RI dengan mendirikan Negara Papua, mengibarkan bendera Papua, menciptakan lagu kebangsaan zoogenamde,” penggalan isi pidato Trikora Soekarno kala itu.
Soekarno menitikberatkan tiga hal dalam pidatonya. Pertama, gagalkan pembentukan “Negara Boneka Papua” buatan kolonial Belanda. Kedua, kibarkan Sang Merah Putih di Irian Barat, tanah air Indonesia. Ketiga, persiapkan mobilasi umum guna mempertahankan kemerdekaan dan kesatuan tanah air dan bangsa.
Dikutip Maulwi Saelan, dalam buku Dari Revolusi 45 sampai Kudeta 66 (2001), sambutan rakyat atas Trikora yang dilantangkan Soekarno sangat luar biasa. Alhasil, ribuan rakyat meminta secara sukarela agar dikirim ke Irian Barat untuk berjuang atas nama bangsa Indonesia.
“Namun, akhirnya hanya sekitar lima ratus tentara payung (para troop) diterjunkan di sana. Operasi ini langsung dilancarkan dari Ambon oleh Kesatuan Operasi Komando Mandala di bawah pimpinan Mayor Jenderal Soeharto dan hanya tinggal menunggu komando yang akan diberikan oleh Presiden Soekarno,” ungkap Maulwi Saelan.
Para pejuang pun berhasil membuat bendera Merah Putih berkibar di Irian Barat. Bendera merah putih berkibar dengan gagahnya setelah mengalami rentetan pertempuran dengan Belanda Pada 31 Desember 1962. Atas segala perjuangan itulah Soekarno membangun Monumen Pembebasan Irian Barat.
Pendirian monumen
Untuk mendirikan patung Monumen Pembebasan Irian Barat, Soekarno mempercayakannya kepada seniman Yogyakarta, Edhi Sunarso. Sebagaimana telah kami bahas dalam artikel Selamat Datang, Patung Selamat Datang: Kala Ibu Kota Memamerkan Keramahannya, Edhi adalah orang yang menggambar desain Patung Selamat Datang.
Namun, Soekarno tak berjumpa langsung dengan Edhi. Soekarno lebih dulu meminta pelukis --yang akhirnya jadi Gubernur Jakarta 1964-1965-- Henk Ngantung untuk membuat sketsa patung. Proses pembuatan sketsa cukup panjang. Soekarno yang memang memiliki darah seni terus mengoreksi. Bahkan Putra Sang Fajar menggambar sendiri bentuk monumen itu. "Begini lho, Henk!" Soekarno merevisi sketsa Henk.
Beberapa waktunya setelahnya Henk menyerahkan gambar itu kepada Edhi. Sambil menyerahkan, Henk 'menggeberak' meja sembari mengatakan, "Begini Iho, Ed!" Akhirnya, gambar Soekarno itulah yang dibangun oleh Edhi.
Dari gambaran awal, sketsa yang diperlihatkan pada Edhi berwujud lelaki yang tegap bertelanjang dada seraya berteriak sambil mengangkat tangannya tinggi-tinggi ke udara. Di lengan patung tampak rantai belenggu yang baru saja putus. Mulut lelaki itu terbuka lebar seolah meneriakkan kata "merdeka."
Dibangun dengan material perunggu, patung itu rencananya akan memiliki berat delapan ton, dengan tinggi mencapai sebelas meter. Tak seperti dalam membuat Patung Selamat Datang, kali ini Edhi lebih menguasai apa yang telah menjadi tugasnya. "Memang saya yang membangun patung monumen itu. Tapi desainnya berasal dari Bung Karno sendiri," Edhi mengisahkan.
Baca juga:
“Sang pemesan patung, Bung Karno, berharap bahwa siapa pun yang memandangnya akan bergolak adrenalinnya, terpicu rasa nasionalismenya, dan bangga terhadap para pejuang Tanah Air. Dan kemampuan Edhi memenuhi keinginan Putra Fajar itu semakin lengkap dengan kemampuannya menghadirkan karya yang personal dan hangat,” tulis Pramono dalam tulisannya di Majalah Tempo berjudul Sisi Feminin Edhi (2010).
Pada akhirnya, patung yang menampakkan seorang lelaki yang begitu jantan diresmikan oleh Bung Karno pada 17 Agustus 1963. Tampak patung itu memperlihatkan rahang yang begitu kukuh dan diperkeras dengan kerutan di wajahnya. Begitu berapi-api dan disesuaikan dengan konteks zaman itu. Dalam keterangan patung, tertulis:
Monumen ini untuk mengenang para pejuang Trikora dan masyarakat irian Barat yang memilih menjadi bagian dari Negara Kesatuan Republik Indonesia. Lepas bebas dari belenggu penjajahan Belanda, karena wilayah Irian dipertahankan Belanda sejak Konferensi Meja Bundar (1949) dan Belanda mengulur waktu sampai Bung karno membentuk Trikora. Kata Irian singkatan dari Ikut Republik Indonesia Anti-Nederland.