Kobe Bryant Tewas Karena Kecelakaan Helikopter dalam Sejarah 26 Januari 2020

JAKARTA - Pada 26 Januari 2020, dunia olahraga kehilangan atlet basket paling berprestasi, Kobe Bryant. Pemain legenda Los Angeles Lakers tersebut meninggal dunia dalam kecelakaan helikopter di California. Juara NBA lima kali dan peraih medali emas Olimpiade dua kali itu meninggal di usia 41 tahun.

Helikopter yang ditumpangi Kobe Bryant bersama sang putri, Gianna Bryant, jatuh di lereng bukit dekat Calabasas, California. Manifes penerbangan mencantumkan sembilan orang di dalamnya --satu pilot dan delapan penumpang-- yang mana keseluruhannya tidak ada yang selamat. Gianna Bryant yang saat itu berusia 13 tahun itu, tewas dalam kecelakaan tersebut.

"Selama 20 musim, Kobe menunjukkan kepada kami apa yang mungkin terjadi ketika bakat luar biasa berpadu dengan pengabdian mutlak untuk menang," kata Komisaris NBA Adam Silver dalam sebuah pernyataan, mengutip The Washington Post.

“Dia adalah salah satu pemain paling luar biasa dalam sejarah permainan kami dengan pencapaian yang legendaris. Dia akan menjadi orang yang paling dikenang karena menginspirasi orang-orang di seluruh dunia untuk memilih bola basket dan bersaing dengan kemampuan terbaik mereka. Dia bermurah hati dengan kebijaksanaan yang dia miliki dan melihatnya sebagai misi untuk membaginya dengan generasi pemain masa depan, dengan senang hati mewariskan kecintaannya dalam permainan (basket) kepada Gianna.”

Menurut sebuah laporan, kecelakaan tersebut diakibatkan area kecelakaan memiliki awan rendah dan jarak pandang terbatas, yang mungkin mengaburkan dataran tinggi. Kecelakaan itu juga memicu kebakaran semak seluas seperempat hektar, menurut Departemen Pemadam Kebakaran Los Angeles. Beberapa jam setelah kecelakaan, asap putih dari helikopter pun terlihat.

Kobe Bryant. (Foto: Wikimedia Commons)

Mengutip artikel VOI berjudul "Apa yang Kita Ketahui tentang Kecelakaan Helikopter Penyebab Tewasnya Kobe Bryant", pihak berwenang mengatakan bahwa helikopter saat itu terbang dalam ketinggian rendah yaitu 400-600 kaki. Pilot helikopter saat itu, Ara Zobayan, juga diminta agar tetap demikian sampai mereka tiba di tempat tujuan. Zobayan pun setuju.

Tidak lama setelah ada pergantian operator di kantor kontrol lalu lintas udara, pilot melanjutkan perjalanan ke daerah pegunungan dengan jarak pandang yang minim. Ketika komunikasi kembali terjalin dengan orang-orang baru yang sedang bertugas, pilot menyatakan dia naik di atas awan hingga 4.000 kaki karena kondisi cuaca. Beberapa saat kemudian, helikopter itu turun dengan kecepatan tinggi dan jatuh.

Lima tahun sebelumnya, Zobayan telah diperingatkan karena tidak memiliki izin terbang di tempat yang jarak pandangnya buruk. Dia kemudian diminta untuk mematuhi aturan tersebut.

Vanessa Bryant, istri Kobe, telah mengajukan gugatan dan mengklaim bahwa pilot lah yang paling bertanggung jawab atas kecelakaan tersebut. Yang juga harus digarisbawahi adalah, tidak ada kotak hitam di helikopter itu.

Meninggalkan duka mendalam

Kobe Bryant secara teratur bepergian dengan helikopter selama dan setelah karier NBA-nya. Kerumunan besar penggemar dengan cepat turun ke lokasi kecelakaan untuk memberi penghormatan.

Kecelakaan itu pastinya mengejutkan seluruh dunia. Kobe Bryant ditetapkan menjadi pembawa acara Grammy Awards. Namun akhirnya pihak Grammy membuat penghormatan untuk mendiang Kobe Bryant dan putrinya.

Bandara Los Angeles, Empire State Building, dan Burj Khalifa semuanya dinyalakan dengan warna ungu dan kuning, warna Lakers, sebagai penghormatan kepada Bryant. Shaquille O'Neal, rekan lama Bryant, yang terkadang menjadi rival, mengatakan bahwa dia "tidak memiliki kata-kata untuk mengungkapkan rasa sakit" yang dia rasakan atas kematian Kobe Bryant.

*Baca Informasi lain soal SEJARAH HARI INI atau baca tulisan menarik lain dari Putri Ainur Islam.

SEJARAH HARI INI Lainnya