Jika Tak Ada Gelombang Parah COVID-19, Bank Dunia Perkirakan Ekonomi Indonesia Tumbuh 3,7 Persen di 2021
JAKARTA - Bank Dunia memperkirakan ekonomi Indonesia akan tumbuh 3,7 persen pada 2021 dan meningkat menjadi 5,2 persen pada 2022, dengan asumsi tidak ada gelombang parah COVID-19 lainnya dan tingkat vaksinasi di Indonesia terus bertahan tinggi seperti saat ini.
"Kami lihat ekonomi akan terus pulih dengan penyeimbangan berbagai sumber pertumbuhan," ujar Kepala Ekonom Bank Dunia untuk Indonesia dan Timor Leste Habib Rab dalam acara Peluncuran Virtual Laporan Prospek Ekonomi Indonesia di Jakarta, Kamis, 16 Desember..
Ia menjelaskan tingginya angka vaksinasi akan menyebabkan pemulihan permintaan masyarakat serta sektor swasta.
Terkait inflasi, Habib turut memproyeksikan indeks harga konsumen akan mencapai 1,6 persen pada tahun ini, cukup bertahan rendah karena permintaan yang masih rendah dan ada pembatasan inflasi dari produsen ke konsumen.
"Indonesia sudah bisa berbeda dengan tren global di mana inflasi melonjak sangat tinggi," ungkapnya dilansir Antara.
Meski begitu, ia memperkirakan inflasi akan meningkat dalam beberapa bulan ke depan, walaupun masih akan berada di angka yang diharapkan pemerintah, sehingga kemungkinan akan berada di level 2,2 persen pada 2022.
Baca juga:
- Komisi VIII DPR Dukung Polisi Proses Hukum Joseph Suryadi yang Hina Nabi Muhammad
- Sandiwara Joseph Suryadi di Kasus Penistaan Agama Gagal Perdaya Polisi
- Pengakuan Joseph Suryadi Tersangka Penistaan Agama Soal Ponsel Hilang Hanya Bohong Belaka
- Singgung Rachel Vennya, Mahfud MD Minta Keluarganya Tetap Laksanakan Karantina Sepulang dari Belanda
Dengan perkiraan yang positif ini, masih banyak ketidakpastian dan beberapa risiko dampak jangka panjang dari COVID-19 untuk Indonesia.
Habib membeberkan risiko tersebut adalah peningkatan pengangguran, penurunan investasi, hingga penurunan pertumbuhan potensial.
"Sejak 2010-2019 ini terus menurun dan terjadi bukan hanya di Indonesia, tetapi juga di negara lain dan itu akan jauh lebih cepat lagi penurunannya karena adanya investasi yang berkurang," pungkasnya.