Meski Ada Pandemi COVID-19, Pertumbuhan Ekonomi Indonesia di 2020 Diprediksi Bisa 1,5 Persen
Gedung BNI Pusat. (Angga Nugraha/VOI)

Bagikan:

JAKARTA - Kepala Ekonom PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BNI) Ryan Kiryanto memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia di sepanjang 2020 berada di kisaran 0,5-1,5 persen. Proyeksi itu masih lebih baik dibandingkan dengan Bank Dunia yang memperkirakan perekonomian Indonesia minus 3,51 persen di tahun ini.

"Hampir semua lembaga dunia memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia di 2020 buruk. Paling buruk minus 3,51 persen itu dari Bank Dunia. Paling baik IMF memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia 0,5 persen dan Asia Development Bank (ADB) memprediksi 2,5 persen," kata Ryan.

Sedangkan BNI, lanjut Ryan, lebih memilih memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia sepanjang tahun ini dengan kisaran 0,5 hingga 1,5 persen. Ryan mengungkapkan pihaknya memiliki alasan tersendiri mengapa tidak menetapkan satu titik guna memprediksi pertumbuhan ekonomi Tanah Air di 2020.

"Kenapa tidak dititik 0,5 atau 1,5 persen? Karena kita tidak tahu dinamika enam bulan atau sembilan bulan ke depan apakah COVID-19 selesai di tahun ini atau berkepanjangan. Tidak ada orang yang tahu maka kami perkirakan di kisaran itu," pungkasnya.

Sebelumnya, Bank Indonesia (BI) menyatakan pandemi COVID-19 memukul ekonomi Tanah Air di tahun ini. Namun BI optimis tahun 2021 akan ada perbaikan signifikan.

Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo mengatakan ekonomi Indonesia masih bisa tumbuh 2,3 persen di tahun 2020 ini. Rinciannya, pertumbuhan pada kuartal I, 4,3 persen. Lalu, di kuartal II terkontraksi menjadi 0,4 persen. Sementara di kuartal III diperkirakan mencapai 1,2 persen, dan di kuartal IV mengalami kenaikan 3,1 persen.

Nah, ia memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2021 akan berada pada kisaran 6,6 persen hingga 7,1 persen. Salah satunya, karena didukung oleh besarnya stimulus fiskal dari pemerintah.

Perry menjelaskan, pertumbuhan ekonomi tersebut dengan asumsi defisit anggaran hanya 3,4 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB). Jika stimulus fiskal sekitar 3,1 persen dari PDB, pertumbuhannya bisa mencapai 6,6 persen.

Namun jika stimulus fiskal 4 persen dari PDB, maka pertumbuhan ekonomi diproyeksi bisa mencapai 7,1 persen," ujar Perry.