Super Optimis Bank Indonesia Menatap 2021
Gedung Bank Indonesia. (Angga Nugraha/VOI)

Bagikan:

JAKARTA - Bank Indonesia (BI) menyatakan sangat optimis melihat ekonomi di 2021. Meski pandemi COVID-19 memukul ekonomi Tanah Air di tahun ini, BI optimis tahun 2021 akan ada perbaikan signifikan.

Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo mengatakan ekonomi Indonesia masih bisa tumbuh 2,3 persen di tahun 2020 ini. Rinciannya, pertumbuhan pada kuartal I, 4,3 persen. Lalu, di kuartal II terkontraksi menjadi 0,4 persen. Sementara di kuartal III diperkirakan mencapai 1,2 persen, dan di kuartal IV mengalami kenaikan 3,1 persen.

Nah, ia memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2021 akan berada pada kisaran 6,6 persen hingga 7,1 persen. Salah satunya, karena didukung oleh besarnya stimulus fiskal dari pemerintah.

Perry menjelaskan, pertumbuhan ekonomi tersebut dengan asumsi defisit anggaran hanya 3,4 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB). Jika stimulus fiskal sekitar 3,1 persen dari PDB, pertumbuhannya bisa mencapai 6,6 persen.

Namun jika stimulus fiskal 4 persen dari PDB, maka pertumbuhan ekonomi diproyeksi bisa mencapai 7,1 persen," ujar Perry di Jakarta, Kamis 30 April.

Terkait nilai rupiah, mata uang Garuda tersebut menguat menjadi Rp14,882 per dolar Amerika Serikat (AS) di pasar spot kemarin. Perry mengaku, bersyukur atas penguatan nilai tukar tersebut. Sebab, selama ini pergerakan nilai tukar sempat menembus angka Rp16.000 di pertengahan Maret.

"Rupiah Alhamdulillah sudah berhasil di bawah Rp15.000," katanya.

Perry mengatakan, salah satu faktor yang mendukung penguatan rupiah adalah perbedaan suku bunga di dalam negeri dan luar negeri yang cukup tinggi.

Kemudian, dia mencontohkan, jika Surat Berharga Negara (SBN) pada lelang beberapa waktu lalu sempat menyentuh angka yield 8,08 persen, saat ini sudah turun di kisaran 7,97 persen.

"Itupun kalau dibandingkan dengan suku bunga Amerika Serikat, perbedaannya lebih dari 7,5 persen. Nah 7,5 persen ini akan menarik inflow ke dalam negeri, termasuk di SBN," jelasnya.

BI memastikan, nilai tukar rupiah akan terus terjaga dan diprediksi berada di angka Rp 15.000 tahun ini.

Perkiraan BI, nilai tukar rupiah akan terus melemah pada kuartal kedua tahun ini karena capital outflow yang besar akibat kepanikan pasar keuangan global. Hal itu tentunya akibat reaksi pasar terhadap merebaknya pandemi virus corona COVID-19 di seluruh dunia. 

Gubernur BI, Perry Warjiyo. (Foto: Bank Indonesia)

Namun, Perry optimistis, nilai tukar rupiah akan cenderung menguat ke rerata sekitar Rp14.900 sampai Rp15.300 per dolar AS tahun 2021.

"Ini seiring dengan membaiknya perekonomian global, menurunnya ketidakpastian pasar keuangan global, kepercayaan investor tetap tingginya terhadap prospek ekonomi Indonesia pada 2021 dan tingkat imbal hasil investasi (surat utang) di Indonesia yang menarik," paparnya.

Perry juga memaparkan proyeksi tingkat inflasi pada 2021 yang terkendali pada kisaran sasaran tiga persen plus minus satu persen.

Proyeksi tersebut ditopang oleh ekspektasi inflasi yang berada dalam kisaran sasaran, membaiknya pasokan seiring dengan normalnya perdagangan dunia, nilai tukar yang menguat, dan koordinasi kebijakan pengendalian inflasi melalui TPI dan TPID.