Bitcoin Ambles, Harga Kripto Terra (LUNA) Malah Terbang Tinggi

JAKARTA – Kripto Terra (LUNA) mengalami kenaikan signifikan di saat market tengah berjuang bangkit dari tren bearish. Dalam satu pekan terakhir harga LUNA mengalami kenaikan 26,4 persen dalam satu pekan terakhir. Performa LUNA cukup mencengangkan mengingat BTC mengalami koreksi besar-besaran.

LUNA sempat jatuh saat market crash pada Mei 2021 lalu. Harganya anjlok sekitar 81 persen dari nilai pasarnya akibat aksi jual besar-besaran. Meski demikian, LUNA berhasil comeback pada pekan kemarin. LUNA menembus harga tertinggi sepanjang masanya (ATH) pada level Rp1.129.109 pada 5 Desember kemarin.

Terra mengalami kenaikan sebesar 50.086,3 persen dari harga terendah sepanjang masanya (ATL) di level Rp1.808 pada 18 Maret 2020 lalu sebagaimana laporan data dari Coingecko.

Akibat meroketnya harga LUNA, koin tersebut berhasil menyalip dua kripto meme unggulan yakni Shiba Inu dan Dogecoin. Avalanche (AVAX) juga berhasil disalip oleh Terra.

Kini LUNA menduduki peringkat kesepuluh mata uang kripto berdasarkan kapitalisasi pasarnya. Saat berita ini ditulis harga LUNA diperdagangkan di level Rp924.849. LUNA mengalami penurunan sebesar 13,4 persen dalam 24 jam terakhir.

Sebagai informasi, Terra merupakan protokol blockchain yang menggunakan stablecoin untuk mendukung sistem pembayaran global yang stabil. Di dalam whitepaper-nya, Terra menggabungkan stabilitas harga dan adopsi luas mata uang fiat dengan ketahanan sensor Bitcoin (BTC) dan menawarkan penyelesaian yang cepat dan juga terjangkau.

Terra dikembangkan pada Januari 2018 lalu. Pada April 2019, mainnet Terra resmi diluncurkan. Kemudian pada September 2021, Terra menawarkan koin stabil yang terikat pada harga dolar AS, won Korea Selatan, tugrik Mongolia, dan lainnya.

LUNA merupakan native token Terra yang digunakan untuk menstabilkan protokol stablecoin. Holder LUNA juga bisa mengajukan dan memberikan suara dalam proposal tata kelola serta memberikan fungsionalitas kripto tersebut.