Pengguna Uber di Kanada Kini Bisa Memesan Ganja Secara Legal Melalui Aplikasi

JAKARTA - Raksasa perusahaan ride-hailing Uber melakukan terobosan pertama ke pasar bisnis ganja yang tengah booming, dengan memungkinkan pengguna di Ontario, Kanada untuk memesan ganja melalu aplikasi Uber Eats.

Menggandeng Tokyo Smoke, Uber mendaftarkan perusahaan penjual ganja ritel tersebut ke dalam layanannya Senin pekan ini. Setelahnya, pelanggan dapat memesan ganja melalui aplikasi Uber Eats dan kemudian mengambil di gerai Tokyo Smoke terdekat.

Uber, yang telah mengirimkan minuman keras melalui unit Eats-nya, telah mengincar pasar ganja yang sedang berkembang selama beberapa waktu sekarang. CEO Dara Khosrowshahi mengatakan kepada media pada Bulan April lalu, perusahaan akan mempertimbangkan untuk mengirimkan ganja ketika ganja telah dilegalkan di Amerika.

Dengan lebih dari tiga tahun dalam legalisasi ganja rekreasi Kanada, negara tersebut berusaha untuk memperbaiki pasar ganja yang bermasalah, di mana produsen ilegal masih mengendalikan sebagian besar dari total penjualan tahunan.

Kemitraan ini akan membantu orang dewasa Kanada membeli ganja legal yang aman, membantu memerangi pasar ilegal bawah tanah yang masih menyumbang lebih dari 40 persen dari semua penjualan ganja non-medis secara nasional, kata Uber, Senin.

Untuk diketahui, penjualan ganja di Kanada ditaksir akan mencapai 4 miliar dolar AS pada tahun 2021 dan diperkirakan akan tumbuh menjadi 6,7 miliar dolar AS pada tahun 2026, menurut data dari perusahaan riset industri BDS Analytics.

Ditanya tentang kemungkinan ekspansi ke Provinsi Kanada lainnya, atau di Amerika Serikat, juru bicara Uber mengatakan "tidak ada lagi yang bisa dibagikan saat ini".

"Kami akan terus mengamati peraturan dan peluang dengan cermat pasar demi pasar. Dan seiring dengan berkembangnya undang-undang lokal dan federal, kami akan menjajaki peluang dengan pedagang yang beroperasi di wilayah lain," ujar juru bicara Uber kepada Reuters seperti dikutip 23 November.

Untuk diketahui, permintaan produk terkait ganja mengalami lonjakan pesar akibat pandemi COVID-19 tahun lalu, di mana banyak pelanggan yang terjebak di rumah dengan pilihan hiburan terbatas.