NATO Tuduh Rusia Siap Serang Ukraina, Kremlin: Itu Dibuat-buat dan Tidak Logis
JAKARTA - Kremlin pada Hari Minggu menuduh Barat secara artifisial meningkatkan ketegangan di sekitar Ukraina, dengan pernyataan berulang yang menunjukkan Rusia siap untuk melancarkan serangan, meminta Washington dan sekutunya untuk menghentikan pembangunan militer di dekatnya.
Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Antony Blinken mengatakan pada Hari Sabtu, negaranya memiliki keprihatinan nyata, yang dibagikan secara luas dengan mitra di Eropa, atas kegiatan Rusia di perbatasan Ukraina, setelah Ukraina mengatakan pihaknya khawatir Rusia mungkin sedang mempersiapkan serangan.
Pejabat AS, NATO dan Ukraina telah membuat pernyataan serupa selama hampir dua minggu, merujuk pada apa yang mereka katakan sebagai gerakan pasukan Rusia yang tidak biasa di dekat Ukraina.
Kepala intelijen militer Ukraina Kyrylo Budanov mengatakan kepada media Military Times akhir pekan, Rusia memiliki lebih dari 92.000 tentara yang dikumpulkan di sekitar perbatasan Ukraina dan sedang mempersiapkan serangan pada akhir Januari atau awal Februari.
Budanov mengatakan serangan seperti itu kemungkinan akan melibatkan serangan udara, artileri dan serangan lapis baja diikuti oleh serangan udara di timur, serangan amfibi di Odessa dan Mariupol dan serangan yang lebih kecil melalui negara tetangga Belarusia
Moskow dengan tegas menolak pernyataan seperti menghasut dan mengeluh tentang apa yang dikatakannya meningkatkan aktivitas di kawasan oleh aliansi NATO.
Dalam komentar yang disiarkan Minggu malam di TV pemerintah, juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan, provokasi di kawasan itu tidak dapat dikesampingkan mengingat semua retorika AS.
"Histeria ini sedang dibuat-buat. Kami dituduh melakukan semacam aktivitas militer yang tidak biasa di wilayah kami oleh mereka yang membawa angkatan bersenjata mereka dari seberang lautan. Yaitu, Amerika Serikat," ujar Peskov, mengutip Reuters 22 November.
"Itu tidak benar-benar logis atau sopan," sambung Peskov.
Peskov menyarankan Ukraina mungkin mencari cara untuk menyelesaikan masalahnya sendiri dengan paksa. Rusia mencaplok semenanjung Krimea Ukraina pada tahun 2014 dan separatis yang didukung Rusia merebut petak Ukraina timur pada tahun yang sama.
Baca juga:
- Kecam Penggunaan Kekuatan Mematikan, PBB Minta Militer Sudan Hentikan Aksi Kekerasan Terhadap Pengunjuk Rasa
- Paksa Buronan Politisi Partai Aung San Suu Kyi Menyerahkan Diri, Polisi Myanmar Sandera Anak Kecil Berusia 13 Tahun
- Eropa Kembali Jadi Epicentrum COVID-19, Presiden Macron Sebut Prancis Tidak Perlu Lockdown
- Presiden Putin Nilai Barat Anggap Enteng Peringatan Batas Garis Merah, Sebut Hubungan dengan AS Tidak Memuaskan
Selain itu, Peskov mengatakan Rusia ingin NATO berhenti mengkonsentrasikan kekuatan militer di dekat perbatasan Rusia, berhenti mempersenjatai Ukraina dengan senjata modern.
Kremlin mengatakan pada Bulan September, NATO akan melewati garis merah Rusia jika memperluas infrastruktur militernya di Ukraina.
Untuk diketahui, sebuah kapal yang membawa dua bekas kapal patroli Penjaga Pantai Amerika Serikat yang dirancang untuk memperkuat Angkatan Laut Ukraina transit di selat Dardanelles pada Hari Sabtu.
Ukraina, yang berusaha untuk menjadi anggota NATO, menerima kiriman besar amunisi AS awal tahun ini dan rudal anti-tank Javelin, yang memicu kritik dari Moskow.