Bagikan:

JAKARTA - Rusia telah meninggalkan unit militer di dekat perbatasan Ukraina setelah latihan, dengan jumlah pasukan Rusia di daerah itu sekarang berjumlah 90.000, kata Kementerian Pertahanan Ukraina.

Angkatan Bersenjata Rusia baru-baru ini mengadakan serangkaian latihan skala besar, termasuk dengan pasukan udara, kata kementerian itu Selasa malam.

Setelah pelatihan, unit-unit Angkatan Darat ke-41 tetap tinggal, sekitar 260 km (160 mil) dari perbatasan Ukraina, katanya.

"Perlu dicatat, Federasi Rusia secara berkala menggunakan praktik pemindahan dan pengumpulan unit militer untuk menjaga ketegangan di kawasan dan tekanan politik terhadap negara-negara tetangga," ujar kementerian mengutip Reuters 3 November.

Musim semi ini, Moskow membuat khawatir ibu kota Kiev dan Barat dengan menempatkan lebih dari 100.000 tentara di sepanjang perbatasan dengan Ukraina, meskipun kemudian memerintahkan mereka kembali ke pangkalan.

Kementerian Pertahanan Ukraina pada Hari Senin membantah laporan media yang menyebutkan Rusia sedang membangun kekuatan militer di perbatasan, mengatakan tidak melihat peningkatan pasukan atau persenjataan.

Sementara, outlet berita Politico mengatakan foto satelit komersial yang diambil pada Hari Senin mengkonfirmasi laporan baru-baru ini, Rusia sekali lagi mengumpulkan pasukan dan peralatan militer di perbatasan dengan Ukraina.

Gambar satelit yang dipasok oleh perusahaan luar angkasa AS Maxar Technologies menunjukkan sekitar 1.000 kendaraan militer di dekat kota Yelnya, Rusia, sekitar 250 km utara perbatasan Ukraina.

"Berdasarkan tinjauan citra satelit baru-baru ini, peralatan (yang meliputi tank, pengangkut personel lapis baja, artileri self-propelled dan peralatan pendukung terkait) kemungkinan mulai tiba di daerah itu pada akhir September," jelas Maxar dalam komentar yang dikirim melalui email.

Kremlin menolak laporan itu dan pada Hari Rabu mengatakan, Rusia mempertahankan kehadiran militer di wilayahnya sendiri jika dianggap perlu.

Untuk diketahui, hubungan antara Kiev dan Moskow jatuh ke titik terendah sejak 2014, ketika Rusia mencaplok semenanjung Krimea Ukraina dan perang pecah antara pasukan Ukraina dan pasukan separatis yang didukung Rusia di Ukraina timur, yang menurut Kyiv telah menewaskan 14.000 orang.