JAKARTA - Amerika Serikat serta negara-negara Barat dan sekutunya meminta warga negara mereka agar segera meninggalkan Ukraina untuk menghindari kemungkinan serangan oleh Rusia. Australia dan Selandia Baru menambah daftar negara yang meminta warga negaranya untuk segera pergi meninggalkan Ukraina.
Sebelumnya, seruan serupa telah dikeluarkan oleh Inggris, Jepang, Latvia, Norwegia, dan Belanda kepada warga negara mereka. Israel mengatakan sedang mengevakuasi keluarga para anggota staf kedutaan.
AS dan Eropa meningkatkan peringatan bahwa kemungkinan serangan dari Rusia sudah ada di depan mata.
Pemerintah Rusia, menuduh negara-negara Barat menyebarkan kebohongan untuk menutupi aksi agresif mereka sendiri. Rusia sendiri selama ini membantah punya rencana untuk menyerbu Ukraina, kendati telah mengerahkan lebih dari 100.000 tentara di daerah perbatasan dengan negara itu.
Para pejabat AS mengatakan Rusia kemungkinan akan melakukan penyerangan sebelum Olimpiade Musim dingin berakhir pada 20 Februari.
BACA JUGA:
Penasihat keamanan nasional AS Jake Sullivan mengatakan para warga negara Amerika tidak bisa mengharapkan militer membantu evakuasi jika mereka masih berada di Ukraina. Sullivan mendesak warga negara AS untuk meninggalkan Ukraina dalam 48 jam.
"Kami terus melihat ada tanda-tanda peningkatan pergerakan Rusia, termasuk pasukan baru yang tiba di perbatasan dengan Ukraina," kata Sullivan kepada para wartawan.
"Invasi bisa terjadi kapan pun," ujarnya dikutip dari ANTARA, Sabtu 12 Februari.
Setelah Sullivan berbicara kepada wartawan di Gedung Putih, Wakil Duta Besar Rusia untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa Dmitry Polyanskiy mengeluarkan pernyataan balasan.
"Pasukan kami tetap berada di wilayah kami dan saya bertanya-tanya, jangan-jangan AS sendiri akan menyerbu Ukraina --ada yang akan melakukannya, setelah kepanikan seperti itu dimunculkan."
AS, sementara itu, akan mengirimkan 3.000 tentara lagi ke Polandia dalam beberapa hari mendatang untuk mendukung sekutu-sekutunya di NATO, kata empat pejabat AS kepada Reuters.
Jumlah tersebut akan menambah keberadaan 8.500 prajurit AS yang sudah disiagakan untuk dikerahkan ke Eropa jika diperlukan.