JAKARTA - Pemimpin Prancis dan Jerman pada Hari Selasa mengatakan, Ukraina harus diizinkan untuk menyerang situs-situs militer di Rusia digunakan untuk meluncurkan rudal ke wilayah Ukraina, tetapi tidak menargetkan sasaran lainnya.
"Kami mendukung Ukraina dan kami tidak menginginkan eskalasi, hal itu tidak berubah," kata Presiden Prancis Emmanuel Macron pada konferensi pers bersama dengan Kanselir Jerman Olaf Scholz di Meseberg, Jerman, melansir Reuters 29 Mei.
"Kami pikir kami harus mengizinkan mereka untuk menetralisir situs militer tempat rudal ditembakkan, situs militer tempat Ukraina diserang. Namun, kami tidak boleh membiarkan mereka menyerang sasaran lain di Rusia dan situs sipil atau militer lainnya di Rusia," urainya.
Sementara itu, Kanselir Scholz mengatakan dia setuju dengan Presiden Macron, serta selama Ukraina menghormati persyaratan yang diberikan oleh negara-negara pemasok senjata, termasuk Amerika Serikat dan hukum internasional, Ukraina diperbolehkan untuk mempertahankan diri.
"Ukraina mempunyai segala kemungkinan berdasarkan hukum internasional atas apa yang dilakukannya. Hal itu harus diungkapkan secara eksplisit," ujar Kanselir Scholz.
"Saya merasa aneh ketika beberapa orang berpendapat bahwa mereka tidak boleh dibiarkan membela diri dan mengambil tindakan yang sesuai untuk hal ini," tambahnya.
BACA JUGA:
Lebih dari dua tahun setelah perang darat paling mematikan di Eropa sejak Perang Dunia Kedua, ketika negara-negara Barat mempertimbangkan apa yang harus dilakukan terhadap kemajuan militer Rusia di Ukraina, Putin semakin menyuarakan risiko perang global, sementara para pemimpin Barat meremehkannya.
Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg mengatakan kepada Economist, anggota aliansi harus membiarkan Ukraina menyerang jauh ke Rusia dengan senjata Barat, sebuah pandangan yang didukung oleh beberapa anggota aliansi transatlantik Eropa meskipun tidak didukung oleh Amerika Serikat.