JAKARTA - Presiden Prancis Emmanuel Macron, pemimpin pertama kekuatan besar Barat yang bertemu dengan Vladimir Putin sejak Rusia mengumpulkan pasukan di dekat Ukraina, mengatakan pada Selasa keyakinannya langkah-langkah dapat diambil untuk mengurangi eskalasi krisis dan meminta semua pihak untuk tetap tenang.
Presiden Macron, yang berbeda dengan para pemimpin AS dan Inggris, telah mengecilkan kemungkinan Rusia akan segera menyerang tetangganya, berangkat dari Moskow ke Kyiv pada Hari Selasa dalam upaya tingkat tinggi untuk bertindak sebagai mediator.
Tetapi, Presiden Macron mengatakan dia pikir pembicaraannya telah membantu mencegah krisis meningkat lebih lanjut. Baik Presiden Putin maupun Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy telah mengatakan kepadanya, mereka berkomitmen pada prinsip-prinsip perjanjian damai 2014, katanya, seraya menambahkan bahwa kesepakatan ini, yang dikenal sebagai perjanjian Minsk, menawarkan jalan untuk menyelesaikan perselisihan mereka yang sedang berlangsung.
"Tekad bersama ini adalah satu-satunya cara yang memungkinkan kita untuk menciptakan perdamaian, satu-satunya cara untuk menciptakan solusi politik yang layak," kata Presiden Macron pada konferensi pers bersama dengan Presiden Zelenskiy, seperti mengutip Reuters 9 Februari.
"Ketenangan, sangat penting dari semua pihak dalam kata-kata dan perbuatan," sebut Presiden Macron, memuji Zelenskiy untuk "sangfroid yang Anda tunjukkan, dan yang ditunjukkan rakyat Ukraina, dalam menghadapi tekanan militer di perbatasan Anda dan di negaramu".
Sementara itu, Presiden Zelenskiy menjelaskan dia skeptis terhadap jaminan apa pun yang mungkin diterima Presiden Prancis dari Presiden Putin.
"Saya tidak terlalu percaya kata-kata, saya percaya setiap politisi bisa transparan dengan mengambil langkah-langkah nyata," ujar pemimpin Ukraina itu.
Dari Kyiv, Presiden Macron kemudian terbang ke Berlin untuk bertemu dengan Kanselir Jerman Olaf Scholz. Dalam sebuah pernyataan bersama sebelum pembicaraan dimulai, Kanselir Scholz mengatakan kepada wartawan, "Tujuan bersama kami adalah untuk mencegah perang di Eropa."
"Penilaian kami terhadap situasi ini bersatu, seperti posisi kami dalam hal ini: setiap serangan lebih lanjut terhadap kedaulatan dan integritas teritorial Ukraina tidak dapat diterima dan akan menimbulkan konsekuensi luas bagi Rusia - secara politik, ekonomi, dan geo-strategis," sambungnya.
Untuk diketahui, negara-negara Barat yang dipimpin oleh Amerika Serikat khawatir Rusia sedang bersiap untuk menyerang Ukraina. Sementara, Moskow mengatakan pihaknya tidak merencanakan invasi, tetapi dapat mengambil 'langkah-langkah teknis-militer' yang tidak ditentukan kecuali sejumlah tuntutan keamanan dipenuhi, termasuk janji dari NATO untuk tidak pernah mengakui Kyiv.
BACA JUGA:
Amerika Serikat dan Uni Eropa mengancam Rusia dengan sanksi jika menyerang Ukraina. Moskow, yang masih menjadi pemasok energi terbesar di Eropa meskipun telah dikenai sanksi sejak merebut semenanjung Krimea Ukraina pada 2014, sebagian besar menolak sanksi baru sebagai ancaman kosong.