Bagikan:

JAKARTA - Presiden Emmanuel Macron menyatakan dirinya siap mengakui Negara Palestina, namun itu harus di saat yang tepat dan bukan pengakuan emosional.

Presiden Macron mengatakan, pengakuan terhadap Negara Palestina bukanlah hal yang tabu di negaranya.

"Tidak ada hal yang tabu bagi Prancis, dan saya benar-benar siap untuk mengakui negara Palestina," kata Presiden Macron pada konferensi pers bersama dengan Kanselir Jerman Olaf Scholz di Jerman pada Hari Selasa, melansir Daily Sabah 28 Mei.

"Saya pikir pengakuan ini harus dilakukan pada saat yang tepat," tambahnya.

Lebih lanjut Presiden Macron menekankan perlunya proses politik untuk memberikan hasil yang bermanfaat.

"Saya tidak akan melakukan pengakuan emosional," tandasnya.

Dalam kesempatan itu Presiden Macron juga bersumpah, tidak ada standar ganda mengenai penderitaan warga sipil dalam konflik di berbagai belahan dunia.

Menggambarkan situasi yang terjadi di Rafah sebagai sesuatu yang mengerikan, Ia menegaskan "operasi di Rafah harus dihentikan".

Di sisi lain, Presiden Macron menegaskan kembali, Israel mempunyai hak untuk membela diri. Namun, Ia menekankan hal itu harus dilakukan dengan tetap menghormati hukum internasional dan kemanusiaan.

Mendukung pertemuan di PBB, Presiden Macron mengatakan tidak ada tempat yang aman bagi warga sipil Palestina.

"Kami mendukung permintaan Aljazair untuk mengadakan pertemuan mendesak (di PBB) dan kami bekerja sama dengan Aljazair dan semua mitra kami di Dewan Keamanan mengenai resolusi bersama yang (tidak hanya) menjawab urgensi kemanusiaan di lapangan, namun juga memberikan jawaban dalam hal gencatan senjata, dan memberikan mandat PBB yang jelas mengenai Gaza," urai Presiden Macron.

Ia juga menekankan, Prancis juga siap untuk mengupayakan solusi perdamaian, mengatakan "tindakan yang paling berguna saat ini adalah melakukan gencatan senjata."

Diketahui, Prancis secara terbuka menyatakan dukungannya terhadap Israel sejak awal serangan gencar pada 7 Oktober 2023.

Lebih dari tujuh bulan perang Hamas-Israel di Gaza berlangsung sejak 7 Oktober 2023, menyebabkan wilayah kantong Palestina itu hancur menjadi puing-puing, dengan konsentrasi serangan terbaru terjadi di Rafah di wilayah selatan.

Sementara itu, WAFA mengutip sumber-sumber medis melaporkan sedikitnya 46 orang tewas dan 110 lainnya terluka akibat serangan Israel dalam 24 jam terakhir. Itu menjadikan korban tewas warga Palestina akibat agresi Israel sejak 7 Oktober 2023 menjadi 36.096 jiwa, sementara korban luka-luka menjadi 81.136 orang.