JAKARTA - Presiden Prancis Emmanuel Macron mendesak Israel untuk menyelesaikan penyelidikan cepat atas kematian seorang jurnalis Palestina yang terbunuh pekan lalu dalam serangan Israel di Tepi Barat yang diduduki, Selasa.
Wartawan veteran Al Jazeera Shireen Abu Akleh ditembak mati pada Hari Rabu. Kematiannya, dan kekerasan polisi Israel terhadap pelayat di pemakamannya dua hari kemudian, telah memicu kemarahan Palestina dan internasional.
"Presiden mengatakan, dia tergerak oleh kematian Shireen Abu Akleh dan menegaskan kembali posisi Prancis bahwa kesimpulan cepat dari penyelidikan diperlukan," kata Kantor Kepresiden Prancis, setelah panggilan telepon antara Presiden Macron dan Perdana Menteri Israel Naftali Bennett, dikutip dari Reuters 18 Mei.
Diketahui, Israel dan Palestina sedang melakukan penyelidikan terpisah atas kematiannya dan keduanya tetap berselisih atas penembakan fatal tersebut.
Palestina menuduh Israel membunuhnya dan menyerukan tanggapan internasional. Sementara, Israel telah membantah menargetkan dia, mengatakan dia mungkin telah ditembak secara tidak sengaja oleh seorang tentara atau oleh seorang pria bersenjata Palestina saat mereka baku tembak.
Kantor Kepresidenan Prancis juga mengatakan, Presiden Macron juga telah menyatakan keprihatinan tentang keputusan Israel baru-baru ini untuk terus maju dengan lebih dari 4.000 rumah pemukiman baru di Tepi Barat, tanah yang dicari Palestina untuk sebuah negara.
Sementara, sebagian besar negara di dunia menganggap permukiman yang dibangun tersebut ilegal menurut hukum internasional, posisi yang ditolak Israel.
BACA JUGA:
Terpisah, pernyataan dari kantor Bennett setelah telepon itu tidak menyebutkan Abu Akleh atau pemukiman.
Ditambahkan, Presiden Macron dan PM Bennett akan mengoordinasikan upaya untuk mengakhiri invasi Rusia ke Ukraina. Kedua pemimpin sejauh ini telah terlibat dalam upaya diplomatik yang sia-sia yang bertujuan membawa perdamaian ke Ukraina.