Bagikan:

JAKARTA - Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Ryabkov mengatakan pada Hari Senin, Amerika Serikat dapat menghadapi "konsekuensi fatal" jika mengabaikan peringatan Moskow agar tidak membiarkan Ukraina menggunakan senjata yang disediakan oleh Washington, untuk menyerang target di dalam Rusia.

"Saya ingin memperingatkan para pemimpin Amerika agar tidak melakukan kesalahan perhitungan yang dapat berakibat fatal. Untuk alasan yang tidak diketahui, mereka meremehkan keseriusan penolakan yang mungkin mereka terima," katanya, melansir Reuters dari kantor berita negara RIA 3 Juni.

Ryabkov mengomentari keputusan Presiden Joe Biden minggu lalu, terkait persetujuan penggunaan senjata yang dipasok Negeri Paman Sam untuk menyerang target di dalam Rusia yang terlibat dalam serangan terhadap wilayah Kharkiv, Ukraina.

Lebih lanjut, Ryabkov juga merujuk pada komentar Presiden Vladimir Putin pekan lalu, yang mengatakan negara-negara NATO bermain api dan mempertaruhkan konflik global yang lebih dalam, salah satu dari serangkaian peringatan dari Moskow tentang risiko eskalasi yang serius.

"Saya mendesak tokoh-tokoh ini (di AS) untuk meluangkan sebagian waktu mereka, yang tampaknya mereka habiskan untuk semacam permainan video, dilihat dari pendekatan mereka yang ringan, untuk mempelajari apa yang dikatakan secara rinci oleh Putin," kata Ryabkov.

Presiden Putin telah menyampaikan "peringatan yang sangat penting dan harus ditanggapi dengan sangat serius", imbuhnya.

Kantor berita Rusia mengutip Ryabkov mengatakan, upaya Kyiv untuk menyerang sistem radar peringatan dini Rusia akan digagalkan dan Moskow mungkin akan menanggapi langkah-langkah tersebut secara asimetris.

Sebuah sumber intelijen Kyiv mengatakan minggu lalu, pesawat tak berawak Ukraina telah menargetkan radar jarak jauh jauh di dalam Rusia, yang merupakan bagian dari sistem peringatan dini Rusia untuk mendeteksi apakah negara itu sedang diserang nuklir.

Sebelumnya, Pemimpin Kremlin mengatakan Barat akan terlibat langsung dalam setiap penggunaan senjatanya oleh Ukraina untuk menyerang jauh di dalam Rusia, karena serangan semacam itu akan membutuhkan satelit, intelijen dan bantuan militernya.

Diketahui, Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg mengatakan minggu lalu, aliansi militer itu memiliki hak untuk membantu Ukraina menegakkan haknya sendiri untuk membela diri, menyebutnya itu tidak menjadikan NATO sebagai pihak dalam konflik tersebut.

Sementara, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan pada akhir pekan, Kyiv berterima kasih kepada Washington karena mengizinkannya menggunakan sistem roket HIMARS yang dipasok AS di wilayah Kharkiv, tetapi ini tidak cukup.

Ukraina sendiri telah lama berpendapat, pembatasan terhadap cara penggunaan senjata yang dipasok Barat secara serius membatasi kemampuannya untuk mempertahankan diri.