Bagikan:

JAKARTA - Pejabat Israel mengatakan negaranya menerima usulan kesepakatan gencatan senjata di Gaza dari Presiden Amerika Serikat, meski itu bukan yang terbaik dan memerlukan lebih banyak hal yang harus dilakukan.

Dalam wawancara dengan Sunday Times Inggris Kepala Penasihat Kebijakan Luar Negeri untuk Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, Ophir Falk mengatakan, "usulan Presiden Biden itu bukan kesepakatan yang bagus tetapi kami sangat ingin para sandera dibebaskan, semuanya".

"Ada banyak rincian yang harus dikerjakan," katanya, menambahkan bahwa persyaratan Israel, termasuk "pembebasan para sandera dan penghancuran Hamas sebagai organisasi teroris genosida" tidak berubah, melansir Reuters 3 Juni.

Jumat lalu, Presiden Biden mengungkapkan apa yang ia gambarkan sebagai rencana tiga fase yang diajukan oleh Pemerintahan PM Netanyahu untuk mengakhiri perang.

Tahap pertama mencakup gencatan senjata dan pemulangan beberapa sandera yang ditahan Hamas, setelah itu kedua belah pihak akan berunding mengenai penghentian permusuhan tanpa batas waktu untuk tahap kedua di mana tawanan yang masih hidup akan dibebaskan, kata Presiden Biden.

Urutan itu tampaknya menyiratkan Hamas akan terus memainkan peran dalam pengaturan tambahan yang dimediasi oleh Mesir dan Qatar, sebuah potensi bentrokan dengan tekad Israel untuk melanjutkan kampanye guna melenyapkan kelompok Islamis yang didukung Iran tersebut.

Presiden Biden mengatakan, usulan terbarunya "menciptakan 'hari setelah' yang lebih baik di Gaza tanpa Hamas berkuasa". Ia tidak merinci bagaimana hal ini akan dicapai, mengakui "ada sejumlah rincian yang harus dinegosiasikan untuk beralih dari fase satu ke fase dua".

Falk menegaskan kembali posisi PM Netanyahu, "tidak akan ada gencatan senjata permanen sampai semua tujuan kita terpenuhi".

Pemimpin Negeri Paman Sam sebelumnya telah memuji beberapa usulan gencatan senjata selama beberapa bulan terakhir, masing-masing dengan kerangka kerja yang serupa dengan yang ia uraikan pada Hari Jumat, yang semuanya gagal.

Pada Bulan Februari ia mengatakan Israel telah setuju untuk menghentikan pertempuran menjelang Ramadan, bulan suci umat Islam yang dimulai pada tanggal 10 Maret.

Hal utama yang menjadi kendala adalah, desakan Israel mereka hanya akan membahas jeda sementara pertempuran setelah Hamas dihancurkan. Di sisi lain, kelompok militan Palestina mengatakan mereka akan membebaskan sandera hanya dengan jalan menuju akhir perang secara permanen.

Di sisi lain, Hamas untuk sementara menyambut baik inisiatif Biden, meski salah satu pejabat senior Sami Abu Zuhri mengatakan kemarin, "Hamas terlalu besar untuk dilewati atau dikesampingkan oleh Netanyahu atau Biden."

Sehari sebelumnya, pejabat Hamas lainnya, Osama Hamdan, mengatakan kepada Al Jazeera: "Pidato Biden mencakup ide-ide positif, tetapi kami ingin ini terwujud dalam kerangka perjanjian komprehensif yang memenuhi tuntutan kami."