JAKARTA - Ratusan bangunan hancur dan bau mayat menyengat, saat Israel mengakhiri operasi militer di Jabaliya, wilayah pengungsi terbesar Gaza, Palestina, yang digelar lebih dari dua pekan pada Hari Jumat.
Pejabat Palestina mengatakan, sekitar 70 persen kamp pengungsi Jabaliya di Gaza utara hancur hingga 70 persen, saat Israel Defense Forces (IDF) mengakhiri 20 hari operasi militernya pada Jumat pagi.
Serangan itu mengakibatkan hancurnya kamp dan daerah sekitarnya, tempat tinggal lebih dari 100.000 warga Palestina. Warga sipil yang kembali ke rumah mereka mendapati banyak rumah dalam keadaan hancur.
"Sekitar 70 persen kamp Jabaliya telah hancur total, dengan 800 rumah dihancurkan," kata Mahmoud Bassal, juru bicara pertahanan sipil di utara Jalur Gaza, kepada The National News, seperti dikutip 31 Mei.
"Kamp itu tidak layak huni, karena infrastruktur dan pipa air juga telah hancur total," sambungnya.
Jabaliya adalah kamp pengungsi terbesar dari delapan kamp pengungsi di Jalur Gaza, menurut PBB. Setelah perang 1948, para pengungsi menetap di sana, sebagian besar telah meninggalkan desa-desa di wilayah Palestina selatan yang menjadi Israel.
Kamp Jabaliya hanya seluas 1,4 kilometer persegi, tetapi 116.011 pengungsi Palestina terdaftar tinggal di sana, menurut badan PBB untuk pengungsi Palestina, UNRWA.
Israel melancarkan operasi di Jabaliya pada pertengahan Mei, setelah sebelumnya mengumumkan Gaza utara telah dibersihkan dari pejuang Hamas pada tahap pertama serangan darat militernya menyusul serangan yang dipimpin Hamas pada 7 Oktober.
Sementara itu, Bulan Sabit Merah di Gaza mengatakan mereka mengalami kesulitan menguburkan banyaknya mayat tanpa peralatan yang diperlukan.
"Tim penyelamat menghadapi kesulitan dalam menemukan dan menguburkan mayat, kami sangat membutuhkan peralatan. Kesulitan dalam menemukan mayat mengancam penyebaran penyakit dan epidemi di wilayah utara Gaza," kata kelompok itu dalam sebuah pernyataan.
BACA JUGA:
Warga sipil menggambarkan kengerian di wilayah itu setelah serangan militer dan pemboman oleh pasukan Israel, layaknya Hari Penghakiman.
"Ketika saya memasuki kamp Jabaliya, saya merasa seperti Hari Penghakiman karena kehancuran dan puing-puing yang sangat besar di jalan-jalan," kata Sobhi Al Mokid.
Bau mayat menyebar di seluruh kamp, katanya.
"Kami bisa tahu ada mayat di tempat-tempat tertentu dari kawanan lalat dan serangga di sekitar mereka," tandasnya.