Bagikan:

JAKARTA - Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengingatkan, niat Amerika Serikat dan negara-negara Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) untuk melanjutkan perang dengan Rusia, penuh dengan konsekuensi serius bagi mereka.

Peskov menekankan, Barat dengan niat sendiri ingin melanjutkan perang dengan Rusia, baik dalam arti harfiah maupun kiasan.

"Ini, tentu saja, pasti akan menimbulkan konsekuensinya. Ini pada akhirnya akan sangat merugikan kepentingan negara-negara yang telah memilih jalur eskalasi," kata Peskov, dilansir dari TASS 31 Mei.

Menurut pendapatnya, negara-negara NATO, terutama Amerika Serikat, secara sadar menuju babak baru ketegangan dan memprovokasi Ukraina untuk melanjutkan perang yang tidak masuk akal dengan Rusia.

"Negara-negara anggota Aliansi Atlantik Utara, khususnya Amerika Serikat, dan ibu kota Eropa lainnya dalam beberapa hari dan minggu terakhir hampir mengalami babak baru peningkatan ketegangan. Mereka melakukan ini dengan sengaja," jelasnnya, menggarisbawahi Moskow "mendengar cukup banyak pernyataan yang bersifat agresif."

"Ini tidak lain hanyalah kebijakan untuk memicu ketegangan tingkat baru. Kami menyadari, tren negatif dalam pendekatan mereka sayangnya terus berlanjut. Mereka memprovokasi Ukraina dengan segala cara yang mungkin untuk melanjutkan perang yang tidak masuk akal ini," kata Peskov.

Ini terkait dengan pernyataan yang disampaikan oleh Barat, perihal serangan Ukraina ke wilayah Rusia dengan menggunakan senjata pemberian mereka.

Sebelumnya, Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg, dalam sebuah wawancara dengan The Economist menyarankan agar anggota aliansi mempertimbangkan kembali, apakah Ukraina dapat melakukan serangan dengan senjata Barat terhadap fasilitas militer yang terletak di wilayah Rusia yang diakui secara internasional.

Pada saat yang sama, dalam sesi Majelis Parlemen NATO, sekretaris jenderal organisasi tersebut mengatakan pasukan negara-negara anggota organisasi tersebut harus absen dari tanah dan langit Ukraina. Jika tidak, akan sangat sulit untuk menjauhkan aliansi tersebut dari konflik.

Diketahui, tidak ada kesepakatan di antara negara-negara Barat yang memasok senjata ke Ukraina mengenai pembatasan penggunaannya.

Juru bicara Pentagon Patrick Ryder mengatakan, AS tidak membantu Kyiv dalam menggunakan senjata AS di luar Ukraina.

Kanselir Jerman Olaf Scholz juga telah berulang kali menekankan, ia mengesampingkan kemungkinan memasok Kyiv dengan rudal jelajah Taurus, karena Berlin tidak akan dapat mempertahankan kendali atas penetapan target tanpa mengirim personel Jerman ke Ukraina, yang, katanya, merupakan batas yang tidak ingin ia lewati.

Sedangkan The New York Times melaporkan, mengutip sumber, Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken setelah perjalanan Kyiv bermaksud untuk menasihati Presiden Joe Biden agar mencabut larangan Ukraina dengan senjata AS ke wilayah Rusia.

Terpisah, Presiden Vladimir Putin mengatakan pada 28 Mei, perwakilan negara-negara NATO, ketika berbicara tentang serangan terhadap Rusia, harus "menyadari apa yang mereka lakukan."

Ia menyatakan, Rusia mengikuti dengan saksama pembahasan tentang masalah ini. Jika Angkatan Bersenjata Ukraina menggunakan senjata jarak jauh, Moskow harus memutuskan untuk menciptakan zona penyangga, kata Presiden Putin.