ISIS Klaim Tanggung Jawab Dua Ledakan di Kawasan Syiah Kabul

JAKARTA - Kelompok teroris ISIS kembali mengklaim tanggung jawab dua ledakan yang melanda kawasan pemukiman Syiah di Ibukota Afghanistan, Kabul pada Rabu kemarin yang menyebabkan sedikitnya satu orang tewas dan melukai enam lainnya, termasuk seorang wanita.

Ledakan itu adalah yang terbaru dalam serangkaian serangan di Kabul yang diklaim oleh kelompok militan Sunni dalam beberapa hari terakhir, dengan wilayah Syiah di barat kota menjadi sasaran beberapa kali.

Kelompok itu juga melancarkan serangan terhadap masjid-masjid Syiah di kota utara Kunduz dan kota selatan Kandahar.

Satu ledakan bom mobil di Dasht-e Barchi, di Kabul barat, menewaskan seorang warga sipil dan melukai enam lainnya, kata juru bicara kementerian dalam negeri Qari Sayeed Khosty dalam unggahan di Twitter, melansir Reuters 18 November.

Tidak ada konfirmasi jumlah korban. Tetapi, seorang pejabat Taliban yang berbicara dengan syarat anonim mengatakan tujuh orang tewas dan sembilan terluka.

"Informasi awal kami menunjukkan bom itu dipasang pada sebuah minibus. Kami telah meluncurkan penyelidikan," kata seorang pejabat Taliban kepada kantor berita AFP, seperti dikutip dari DW.

"Saya mendengar ledakan besar. Ketika saya melihat sekeliling, sebuah minibus dan taksi terbakar," tambahnya.

Ledakan kedua dilaporkan terjadi di dekat area Karte 3, kata penduduk setempat. Seorang pejabat Taliban mengatakan pasukan keamanan masih mengumpulkan informasi.

Gambar yang diposting di media sosial menunjukkan sebuah mobil hancur oleh api serta puing-puing yang bengkok berserakan di jalan. ISIS mengklaim bertanggung jawab dalam sebuah pernyataan yang diposting di akun Telegram yang berafiliasi.

Afiliasi lokal dari kelompok radikal ISIS, ISIS Khorasan (ISIS-K) telah muncul sebagai ancaman keamanan utama bagi Taliban, sejak jatuhnya Kabul pada Agustus. Meningkatkan serangan di seluruh negeri yang telah menewaskan dan melukai ratusan orang.

Serangan-serangan itu telah menambah tekanan pada pemerintah Taliban, yang sedang bergulat dengan krisis ekonomi yang semakin dalam, dan melemahkan pernyataannya bahwa mereka telah memulihkan keamanan di Afghanistan setelah beberapa dekade perang.