JAKARTA - Putri Candrawathi (PC) pergi ke Magelang untuk mengantar anaknya, Tribatra Putra Sambo kembali bersekolah di Taruna Nusantara. PC berangkat pada 2 Juli 2022 dari Jakarta bersama Richard Eliezer (RE), Ricky Rizal (RR), Nofriansyah Yosua Hutabarat (Yosua), Kuat Maruf (KM), dan Susi selaku asisten rumah tangga.
Sementara, suami PC, Ferdy Sambo (FS) menyusul ke Rumah Magelang keesokan harinya ditemani oleh ajudan Daden. Usai mengantarkan anaknya, FS bersama Daden lanjut menghadiri HUT Bhayangkara di Akademi Kepolisian Semarang. Sedangkan PC bersama Yosua dan Susi kembali ke rumah Magelang.
Pada 4 Juli 2022 malam di lantai 1 rumah Magelang, PC mengalami sakit kepala dan tidak enak badan. Tiba-tiba Yosua bermaksud membopong PC yang sedang selonjoran di sofa sambil menonton TV di kamar 2. Namun, PC menepis niat Yosua.
Melihat itu, KM menegur Yosua, “Kamu siapa?”
Yosua keluar dan mengajak RE kembali membopong PC. Niat tersebut kembali ditolak oleh PC. KM kembali menegur, “Gak ada yang angkat-angkat ibu.”
Yosua terlihat kesal dan keluar dari rumah Magelang.
Menurut tim kuasa hukum terdakwa FS, peristiwa itulah yang menjadi runtutan fakta yang tidak dapat dipisahkan dalam pemeriksaan perkara persidangan kasus kematian Yosua.
Kemudian, dalam persidangan di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Senin (17/10), tim kuasa hukum kembali melanjutkan kronologi peristiwa yang terjadi selanjutnya.
“Kronologi peristiwa disusun berdasarkan Berita Acara Pemeriksaan (BAP) Ferdy Sambo dan BAP beberapa saksi lainnya, yakni Putri Candrawathi, Richard Eliezer, Ricky Rizal, Susi, dan Kuat Maruf,” kata tim kuasa hukum FS.
7 Juli 2022
Sekira dini hari, FS dan PC merayakan HUT pernikahan yang ke-22 bersama dengan RR, RE, Deden, Susi, KM, dan salah satu teman dari terdakwa PC. Acara perayaan ulang tahun berlangsung hingga Subuh. FS kemudian berangkat kembali ke Jakarta pada pukul 05.00 WIB bersama Daden menggunakan pesawat.
Sore harinya, RR dan RE mengantarkan beberapa barang dan makanan ke asrama sekolah Taruna Nusantara. Berangkat dari rumah Magelang sekitar pukul 17.30 WIB dengan menggunakan mobil. Sehingga, yang berada di Rumah Magelang sekitar pukul 17.30 WIB hanya Yosua, PC, Susi, dan KM.
“Sekitar pukul 18.00 WIB, PC yang sedang tidur di kamarnya terbangun mendengar pintu kaca kamar miliknya terbuka (Pintu kaca adalah pintu yang memberi sekat antara tangga paling atas dengan lantai 2) dan mendapati Yosua telah berada di kamar,” tim kuasa hukum melanjutkan.
Tanpa mengucapkan kata apapun, Yosua melakukan kekerasan seksual dengan membuka pakaian PC secara paksa. PC berusaha memberontak tetapi tak berdaya karena kedua tangannya dipegang oleh Yosua, kondisinya juga masih mengalami sakit kepala. PC menangis ketakutan
Tiba-tiba terdengar seseorang yang hendak naik lantai 2 rumah Magelang, Yosua panik dan memakaikan pakaian PC yang sebelumnya dilepas secara paksa oleh Yosua sambil berkata, “Tolong bu, tolong bu.”
Lalu, Yosua menutup pintu kayu berwarna putih dan memaksa PC berdiri agar dapat menghalangi orang yang akan naik ke lantai 2 Rumah Magelang. Namun, PC menolak dengan menahan badannya.
Kemudian, Yosua membanting PC ke kasur dan kembali memaksa PC berdiri sambil mengancam, “Awas kalau kamu bilang sama Ferdy Sambo, saya tembak kamu, Ferdy Sambo, dan anak-anak kamu.”
PC sudah tidak berdaya dan tidak mampu berdiri, Yosua kembali membanting PC ke kasur dan selanjutnya memaksa PC kembali berdiri di depannya dan memaksa keluar dari kamar.
Dengan sengaja, PC menyenggol tempat tumpukan pakaian yang terbuat dari plastik agar mengeluarkan suara dan menendang-nendangkan kaki ke pintu dengan harapan ada yang mendengarnya.
“Sayangnya, tidak ada orang yang dapat menghampiri sumber suara tersebut,” lanjut kuasa hukum FS.
KM yang saat itu sedang merokok di teras depan jendela rumah, tidak sengaja melihat Yosua turun mengendap-endap. Menurut KM, ini tidak wajar karena ajudan tidak diperkenankan naik ke lantai 2 secara sembarangan atau tanpa permisi.
Selain itu, gelagat Yosua menuruni tangga tanpa tak biasa, mencurigakan. KM lalu menghampiri Yosua. Kemudian, Yosua justru lari seolah-olah menghindar. Sambil berusaha mengejar, KM menyuruh Susi memeriksa PC di kamarnya.
Tergeletak di Depan Kamar Mandi
Susi mendapati PC dalam keadaan terlentang di depan kamar mandi. Kondisi PC sudah tidak berdaya dan hampir pingsan. Setelah itu, KM berjaga-jaga di depan tangga lantai 1 untuk mencegah jika Yosua kembali naik secara tiba-tiba ke kamar PC di lantai 2.
Sekira pukul 19.00 WIB, RE dan RR kembali ke rumah Magelang karena sebelumnya sudah dihubungi oleh PC. Setiba di Rumah Magelang, RR dan RE mendapati PC sedang menangis di kamarnya dan menanyakan apa yang terjadi. Namun, PC tidak memberikan penjelasan apapun.
PC kemudian meminta RR untuk memanggil KM dan menenangkannya agar tidak terjadi keributan antara KM dan Yosua.
“Ibu harus lapor bapak supaya tidak jadi duri dalam rumah tangga Ibu,” kata KM kepada PC.
PC lalu meminta RR agar memanggil Yosua. RR turun ke lantai 1 dan memanggil Yosua sambil bertanya, “Ada apa Yos?”
“Enggak tahu bang, kenapa Kuat marah sama saya,” jawab Yosua.
Selanjutnya RR membawa Yosua ke kamar PC dan menunggu di dekat pintu agar tidak terjadi keributan. PC mengatakan kepada Yosua, “Saya mengampuni perbuatanmu yang keji terhadap saya. Tapi saya meminta kamu untuk resign.”
Kemudian Yosua keluar kamar sambil menangis dan turun bersama RR.
PC Mengadu
Sekitar tengah malam pergantian hari, PC kemudian berbisik-bisik menelepon FS sambil menangis. PC takut dan ingin segera kembali ke Jakarta karena Yosua berlaku kurang ajar terhadapnya.
FS mendesak menceritakan apa yang terjadi, tapi PC mengatakan sebaiknya besok saja setelah tiba di Jakarta. PC khawatir keselamatannya dan tidak ingin ada kejadian buruk terjadi lagi kepada anggota lainnya.
FS pun ingin kembali lagi ke Magelang, tetapi PC mencegahnya dan meminta FS agar tidak menghubungi ajudan.
“Mengingat PC sebelumya diancam oleh Yosua untuk tidak menceritakan apa yang terjadi ditambah postur tubuh Yosua yang besar dibanding ajudan yang lain maka PC sangat khawatir akan keselamatan semua orang selain dirinya,” ucap tim kuasa hukum membacakan kronologi peristiwa dalam nota keberatan.
BACA JUGA:
Sebagai ibu dan perempuan, apa yang dilakukan Yosua menjadi pukulan berat bagi PC. Sulit untuknya menceritakan kejadian itu kepada siapapun karena orang lain yang mendengar akan menganggapnya aib. Terlebih, bila melapor ke kepolisian setempat, semakin banyak orang yang akan tahu.
PC juga khawatir suaminya akan terkena dampak bila banyak orang yang mengetahui kejadi yang dialaminya. Bisa menjadi bahan celaan kepada keluarganya.
“PC disaat bersamaan mengalami kekacauan perasaan. Beban pikiran menumpuk-numpuk tak menentu sekaligus shock, sebab PC tidak pernah menyangka bahwa Yosua yang selama ini sudah dianggap seperti anak dan sudah menjadi bagian dari keluarga ternyata tega berbuat demikian terhadap dirinya,” tim kuasa hukum menceritakan.
*) Artikel ini telah disunting ulang pada 19 Oktober 2022 siang karena kesalahan judul.