JAKARTA- Satu bulan sudah perang Rusia-Ukraina berkecamuk dan belum ada tanda-tanda gencatan senjata, apalagi berakhir. Tak ada yang berani meramalkan kapan perang usai, meskipun Ukraina di bawah komando Presiden Volodymyr Zelensky sudah sangat tergencet akibat serangan bertubi-tubi Rusia.
Setiap sore, Zelensky selalu tampil menyiarkan video keberadaan dirinya. Menyemangati pasukan Ukraina, sekaligus memberitahu kepada masyarakat dunia bahwa kemerdekaan negaranya sedang berusaha dirampas Rusia.
“Rusia sedang berusaha untuk merampas kemerdekaan Ukraina dan seluruh warga di Eropa, seluruh warga dunia!” kata Zelensky dalam video pidatonya yang disiarkan pada Rabu 23 Maret 2022.
Zelensky tahu benar bahwa dia harus memanfaatkan kesempatan yang semakin sempit untuk menarik perhatian dunia, agar tetap fokus pada masalah Ukraina. Semakin lama perang berlangsung, maka perhatian dunia akan teralihkan dari konflik Rusia lawan Ukraina. Hal itu sangat dikhawatirkan Zelensky, yang sejak awal sudah sendirian menghadapi Rusia.
Zelensky yang merupakan Presiden Ukraina pertama berdarah Yahudi, harus mampu meyakinkan rakyatnya bahwa mereka harus siap menghadapi konflik berkepanjangan. Bisa berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun. Dukungan untuk Zelensky harus tetap ada, meskipun hari-hari yang gelap gulita sudah tampak di depan mata.
Daya Tahan Mengejutkan
Kemampuan Ukraina untuk menahan gempuran Rusia hingga sebulan, sebenarnya sudah sangat mengejutkan dunia. Saat Presiden Vladimir Putin memulai operasi militer Rusia di Ukraina pada 24 Februari 2022, banyak yang memprediksi bahwa perang akan usai hanya dalam hitungan hari. Rusia jauh lebih kuat dibandingkan negara tetangganya.
Kekhawatiran bahwa Zelensky akan dikhianati para petinggi Ukraina sehingga sangat mudah dijatuhkan, ternyata tidak terjadi. Rencana Putin untuk sesegera mungkin melengserkan Zelensky dari tahtanya gagal. Mantan pelawak top Ukraina yang selalu dicemooh bukan lawan seimbang Putin itu masih bertahan.
“Saya sangat takut Putin akan membuat Ukraina menjadi seperti Suriah dengan perang yang berlarut-larut. Tetapi perang ini baru berlangsung sebulan, maka mari kita lihat saja,” kata seorang pejabat tinggi Ukraina yang tidak disebutkan namanya, seperti dikuti Haaretz.
“Rusia akan terus melanjutkan serangan semampu mereka. Bahkan jika itu harus menghabiskan semua sumber daya di lapangan. Rusia akan bertindak sesuai doktrin Uni Soviet. Paling tidak, serangan ini akan berlangsung 10 hingga 15 hari lagi,” ujar pejabat tersebut menambahkan.
Sejauh ini Rusia sudah menguasai kota-kota penting di wilayah pinggiran Ukraina, seperti Mariupol, Kharkiv, Lviv, dan Chernihiv. Kota pelabuhan Odessa di Ukraina Selatan tinggal menunggu waktu untuk dikuasai. Serangan laut Rusia terhambat, karena angkatan laut mereka belum berhasil mendaratkan pasukan akibat badai yang menerjang Laut Hitam. Ibu kota Kyiv juga belum berhasil dikuasai.
Sejak invasi Rusia ke Semanjung Krimea, Donetsk, dan Luhansk pada 2014, dinas intelijen Ukraina telah menyisir orang-orang yang dianggap pro-Rusia. Keberadaan mereka di pemerintahan dilucuti, sehingga tidak lagi memiliki akses kuat untuk membocorkan rahasia negara ke musuh. Sebab itu Presiden Zelensky masih bertahan.
Perang Rusia-Ukraina setidaknya sudah membuat 3,5 juta orang mengungsi. Tidak hanya mengungsi ke negara tetangga, beberapa pengungsi Ukraina bahkan harus terbang jauh ke Brasil. Di kota Kherson yang berada di tepi Sungai Dniper di Ukraina Selatan, dilaporkan 300 ribu orang menderita kelaparan.
Jumlah pasukan yang tewas di kedua pihak sangat sulit untuk dikonfirmasi, karena Rusia dan Ukraina saling mengklaim kesuksesan. Benarkah perang Rusia-Ukraina akan berakhir paling cepat 10-15 hari lagi, seperti kata pejabat Ukraina yang diwawancara Haaretz?