Pembicaraan dengan Rusia Sulit dan Masih Jauh dari Kesepakatan, Presiden Zelensky: Terkadang Konfrontatif
Petugas Ukraina berusaha memadamkan mobil yang terkena serangan Rusia. (Wikimedia Commons/dsns gov.ua/State Emergency Service of Ukraine)

Bagikan:

JAKARTA - Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky pada Hari Rabu mengatakan, pembicaraan damai dengan Rusia untuk mengakhiri perang yang telah berlangsung selama sebulan belakangan sulit dan kadang-kadang konfrontatif, tetapi menambahkan 'langkah demi langkah kami bergerak maju'.

Dalam pidato video pagi hari, Presiden Zelensky juga mengatakan 100.000 orang tinggal di Kota Mariupol yang terkepung dalam kondisi tidak manusiawi, tanpa makanan, air atau obat-obatan.

Meskipun negosiator Rusia dan Ukraina telah berbicara secara teratur, kedua belah pihak mengatakan kesepakatan apa pun masih jauh.

"Kami terus bekerja pada tingkat yang berbeda untuk mendorong Rusia bergerak menuju perdamaian. Perwakilan Ukraina berpartisipasi dalam pembicaraan yang berlangsung hampir setiap hari," ujar Presiden Zelensky melansir Reuters 23 Maret.

"Ini sangat sulit, terkadang konfrontatif. Tapi, selangkah demi selangkah kami bergerak maju," sambungnya.

Dalam kesempatan tersebut dia juga menuduh pasukan Rusia yang menyerang Mariupol, menggagalkan upaya untuk mengevakuasi warga sipil dari kota.

"Sampai hari ini, ada sekitar 100.000 orang di kota dalam kondisi tidak manusiawi, benar-benar diblokade, tanpa makanan, tanpa air, tanpa obat-obatan, menjadi sasaran penembakan terus-menerus, pemboman terus-menerus," ungkapnya prihatin.

volodymyr zelensky
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky. (Wikimedia Commons/President Of Ukraine)

Diberitakan sebelumnya, serangan udara Rusia yang intens mengubah Mariupol yang terkepung menjadi 'abu tanah mati', kata dewan kota pada Hari Selasa, ketika Amerika Serikat dan Eropa merencanakan lebih banyak sanksi untuk menghukum Moskow atas invasinya ke Ukraina.

Pertempuran jalanan dan pemboman berkecamuk di Mariupol, kata pejabat Ukraina, sehari setelah menolak ultimatum dari Rusia untuk menyerah. Ratusan ribu diyakini terperangkap di dalam gedung, tanpa akses ke makanan, air, listrik, atau panas.

Pasukan Rusia dan unit separatis yang didukung Rusia telah menguasai sekitar setengah dari kota pelabuhan itu, yang biasanya menampung sekitar 400.000 orang, kata kantor berita Rusia RIA, mengutip seorang pemimpin separatis.

Pertempuran jalanan terjadi di kota itu, dan baik warga sipil maupun tentara Ukraina diserang oleh Rusia, kata gubernur regional Pavlo Kyrylenko.

"Tidak ada yang tersisa di sana," kata Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky dalam pidato video di depan Parlemen Italia.

Sementara itu, Wakil Walikota Mariupol Sergei Orlov mengatakan kepada CNN, kota itu berada di bawah blokade penuh dan tidak menerima bantuan kemanusiaan.

"Kota ini dibom terus menerus, dari 50 bom menjadi 100 bom yang dijatuhkan pesawat Rusia setiap hari. Banyak kematian, banyak tangisan, banyak kejahatan perang yang mengerikan," ungkap Orlov.

Untuk diketahui, kota ini terletak di Laut Azov dan penguasaannya akan memungkinkan Rusia, untuk menghubungkan daerah-daerah di timur yang dikuasai oleh separatis pro-Rusia, dengan semenanjung Krimea yang dianeksasi oleh Moskow pada tahun 2014.